Perpetual trading memungkinkan seorang trader untuk memperdagangkan sebuah kontrak derivatif yang tidak memiliki tanggal kadaluarsa. Belakangan ini, perpetual trading pada DEX semakin populer dan mulai banyak digemari trader. Lewat DEX, kini perpetual trading bisa dilakukan tanpa melibatkan satu pihak pusat dan bersifat non-kustodial. Mau tahu lebih lanjut soal apa itu decentralized perpetual trading dan cara kerjanya? Baca selengkapnya di artikel berikut.
Ringkasan Artikel
- 🌐 Decentralized perpetual trading adalah trading kontrak berjangka tanpa tanggal kadaluwarsa yang dilakukan di platform DEX.
- 📈 Pada decentralized perpetual trading, pengguna bisa melakukan membuka posisi long atau short menggunakan leverage. Ia bersifat non-kustodial dan trading dilakukan langsung melalui wallet pengguna.
- 🏦 Tiga protokol decentralized perpetual trading paling populer saat ini adalah GMX, dYdX, dan Gains Network (GNS)
- 🔮 Kebutuhan akan layanan perpetual trading tanpa melibatkan satu pihak terpusat membuat sektor perpetual DEX berpotensi untuk terus tumbuh ke depannya.
Apa itu Decentralized Perpetual Trading?
Sebelum membahas soal perpetual trading, kita akan mengulas terlebih dahulu derivatif yang menjadi dasar dari perpetual trading. Pasa dasarnya, derivatif adalah produk finansial yang nilainya didasarkan dari aset lain seperti saham, aset crypto, komoditas, atau mata uang sebagai underlying. Dengan kata lain, trader bisa mempunyai eksposur sebuah aset tertentu, tanpa harus memilikinya secara langsung.
Namun, pada produk derivatif tradisional seperti futures alias kontrak berjangka, setiap kontrak memiliki tanggal kadaluarsa. Sementara itu, perpetual trading adalah jenis kontrak berjangka spesial karena tidak mempunyai tanggal kadaluwarsa. Artinya, trader dapat membuka posisi beli atau jual mereka selama yang mereka mau.
Saat ini, perpetual trading aset crypto dapat dilakukan melalui centralized exchange (CEX) dan decentralized exchange (DEX). Dengan demikian, sesuai dengan namanya, decentralized perpetual trading adalah perpetual trading yang dilakukan pada platform DEX seperti dYdX, GMX, GNS, Perpetual Protocol, dan sebagainya.
Artikel berikut membahas lebih mendalam mengenai apa itu DEX dan cara kerjanya.
Cara Kerja Perpetual Trading
Sama seperti derivatif pada umumnya, perpetual trading memungkinkan pengguna untuk memasang posisi long jika meyakini harga asetnya akan naik atau short jika meyakini harga asetnya akan turun. Selain itu, perpetual trading juga memiliki fitur leverage yang memungkinkan pengguna untuk memasang posisi lebih besar dari modal yang dipunya.
Sebagai contoh, platform DEX A menawarkan leverage untuk perpetual trading hingga 20x. Lalu seorang trader mempunyai modal US$ 1.000 dan menggunakan leverage hingga 10x. Dengan demikian ia membuka posisi senilai US$ 10.000. Ternyata, harga aset mengalami kenaikan dan posisi trader menjadi US$ 13.000. Alhasil, trader tersebut memperoleh keuntungan US$ 3.000 dengan modal hanya US$ 1.000
Namun, leverage ibarat pedang bermata dua. Ketika harga aset tadi turun 10% dari US$ 10.000 menjadi US$ 9.000, maka trader akan kehilangan seluruh modalnya. Oleh karena itu, leverage bisa menjadi alat yang sangat membantu, atau justru mematikan bagi seorang trader. Diperlukan manajemen risiko yang ketat ketika menggunakan leverage pada perpetual trading.
Pada perpetual trading juga terdapat mekanisme funding rates. Ia dapat didefinisikan sebagai mekanisme yang menjaga harga kontrak futures mendekati harga aset underlyingnya. Pada kondisi pasar yang bullish di mana posisi long lebih mendominasi, maka funding rates akan positif. Dengan demikian ‘long’ trader akan membayar funding rate ke ‘short’ trader. Begitupun sebaliknya. Umumnya, trader harus membayar funding rates setiap 8 jam sekali. Besaran funding rates bergantung pada masing-masing platform perpetual DEX.
Perkembangan Decentralized Perpetual Trading
Sejauh ini, platfrom CEX masih mendominasi sektor perpetual trading di industri crypto. Basis pengguna yang besar dan kemudahan akses jadi salah satu alasannya. Kendati begitu, kini para trader mulai melirik platform DEX yang menyediakan fitur perpetual trading. Data dari The Block berikut memperlihatkan mulai adanya pertumbuhan volume pada perpetual trading di DEX.
Dapat dilihat, kini volume perpetual trading di DEX sudah mencapai di kisaran 2% dari volume trading CEX. Sebanarnya, angka tersebut memang masih terbilang sangat kecil. Tapi perlu diingat, sektor decentralized perpetual trading baru lahir sekitar 2 tahun lalu. Sementara data dari DeFi Llama memperlihatkan jumlah Total Value Locked (TVL) sektor derivatif mencapai US$ 1,25 miliar. Menjadikannya sektor terbesar kedelapan di seluruh sektor DeFi.
Sesuai dengan namanya, perpetual trading di DEX sepenuhnya terdesentralisasi dan dilakukan secara langsung dari crypto wallet masing-masing pengguna. Hal ini menjadikan perpetual trading di DEX bersifat non-custodial, karena pengguna memegang kunci dan tokennya sendiri. Pasca kebangkrutan FTX, semakin banyak trader yang melirik platform DEX guna menghindari risiko hilangnya aset mereka.
Untuk memastikan ketersediaan likuiditas, operasional perdagangan, dan kemanan, setiap protokol perpetual DEX menggunakan smart contract. Hal ini membuat seluruh transaksi bersifat otomatis, tidak bisa diintervensi, dan tercatat di blockchain publik. Pada bagian berikutnya, kita akan membahas lebih dalam mengenai cara kerja masing-masing protokol perpetual DEX.
Artikel berikut dapat membantumu mengetahui perbedaan antara custodial dan non-custodial.
Protokol Decentralized Perpetual Trading
Berikut ini adalah beberapa protokol perpetual DEX paling populer:
1. GMX
GMX merupakan protokol perpetual DEX yang dibangun di atas jaringan Arbitum dan Avalanche. Ia menjadi salah satu protokol yang digemari para perpetual trader, tercermin dari TVL-nya yang paling tinggi, yakni US$ 738 juta. Selain melakukan perpetual trading, pengguna bisa melakukan perpetual swap dan staking di GMX. Lewat GMX, pengguna bisa melakukan perpetual trading dengan leverage hingga 50x.
GMX menggunakan mekanisme shared liquidity yang disebut GLP, yang merupakan token penyedia likuiditas GMX. GLP memanfaatkan kolam tunggal berisikan multi-aset, berbeda dengan perpetual DEX lainnya yang menggunakan beberapa kolam likuiditas dengan aset tunggal. Hal ini bertujuan untuk mengoptimalkan jumlah likuiditas yang terkunci di GMX. Ia juga menggunakan Chainklink Oracles untuk mengurasi risiko terlikuidasi dan memastikan harga futures tetap sama dengan harga spot .
Selain GLP, ada juga token GMX yang berfungsi sebagai token tata kelola. GMX akan mengenakan biaya untuk setiap swaps, leverage trading, serta pembuatan dan pembakaran GLP. Nantinya, biaya tersebut akan dibagikan kepada stakers GLP (70%) dan GMX (30%). Porsi GLP jauh lebih besar tidak terlepas dari adanya risiko trading pada platform GMX. Selain mendapatkan imbalan tadi, penyedia likuiditas di GMX juga mendapatkan APR hingga 18,46%.
Pintu Academy telah menyiapkan artikel yang membahas lebih dalam mengenai GMX beserta cara kerjanya di sini.
2. dYdX
dYdX adalah DEX yang memungkingkan penggunanya untuk melakukan perpetual trading, margin trading, serta pinjam-meminjam aset crypto. Berdasarkan data DeFi Llama, dYdX saat ini memiliki TVL sebesar US$ 340 juta.
Pengguna bisa melakukan perpetual trading di dYdX dengan leverage hingga 20x. Saat ini, ada lebih dari 35 aset crypto yang ada di pasar perpetual futures dYdX. Selain perpetual, pengguna bisa melakukan staking token dYdX untuk mendapatkan imbalan sekaligus potongan biaya trading.
dYdX dibuat di atas blockchain dan menggunakan smart contract untuk memfasilitasi seluruh transaksi. Kini dYdX juga telah menggunakan StarkEx dari StarkWare sehingga memungkinkan untuk melakukan transaksi melalui layer-2 untuk mendapatkan biaya yang lebih rendah dan proses yang cepat.
Perpetual kontrak yang ada di dYdX bersifat kolateral sepenuhnya. Artinya, trader harus terlebih dahulu menyimpan dan menjaminkan sebuah aset crypto untuk bisa melakukan trading. Adapun, jumlah jaminan disesuaikan dengan ukuran posisi yang dibukan dan volatilitas underlying asetnya. Beberapa aset crypto yang bisa dijadikan jaminan meliputi BTC, ETH, dan USDC.
3. Gains Network (GNS)
Gains Network (GNS) adalah perpetual DEX untuk leverage trading yang berada di jaringan Arbitrum. Ia menjadi kuda hitam pada sektor perpetual DEX karena baru mulai diluncurkan pada jaringan Arbitrum pada awal tahun ini. Saat ini, GNS sudah memiliki TVL sebesar US$ 125,57 juta berdasarkan data dari DeFi Llama.
Salah satu fitur utama GNS adalah pengguna bisa melakukan trading tanpa harus memiliki akun atau mendepositkan dana mereka ke GNS. Hanya dengan menghubungkan wallet, pengguna sudah bisa melakukan perpetual trading di GNS. Dengan demikian, dana akan tetap berada di wallet pengguna, dan baru berpindah ketika sudah disetujui oleh pengguna.
Selain aset crypto, pengguna juga bisa melakukan perpetual trading dengan underlying beragam mata uang ataupun komiditas emas dan perak. GNS menawarkan leverage hingga 150x untuk perpetual aset crypto, 1.000x untuk mata uang, dan 250x untuk komoditas.
Sebelum memulai trading, pengguna harus terlebih dahulu menyediakan DAI sebagai collateral. Leverage pada gTrade adalah synthetic dan disokong oleh DAI vault dan GNS token. DAI tersebut diambil dari kolateral para pengguna dan GNS berasal dari layanan staking. Lebih lanjut, GNS juga menggunakan Chainlink Oracle untuk memastikan harga futures tetap sama dengan harga spot.
Pelajari soal Chainlink Oracle beserta uptade terbarunya, yakni CCIP pada artikel berikut.
Masa Depan Decentralized Perpetual Trading
Sektor perpetual DEX semakin hari semakin kompetitif dan kedatangan protokol baru dengan berbagai inovasinya. Hal ini memperlihatkan sektor perpetual DEX mempunyai potensi yang menjanjikan. Terlebih, sektor ini juga masih tergolong baru sehingga masih mempunyai jalan yang panjang untuk mengembangkan layanannya.
Di satu sisi perpetual trading sendiri mempunyai peminat yang sangat besar mengingat potensinya untuk tetap menghasilkan keuntungan di tengah kondisi yang bearish sekalipun. Terlebih, fitur leverage juga menjadi daya tarik bagi para trader ritel ataupun institusional yang mengingkan imbal hasil yang lebih tinggi. Sayangnya, transaksi perpetual trading saat ini masih dominan dilakukan di CEX.
Kendati begitu, grafik di atas memperlihatkan tren volume transaksi spot trading di DEX terus mengalami kenaikan terhadap CEX. Mengindikasikan adanya tren peralihan dari CEX ke DEX. Dengan demikian, dapat diharapkan hal serupa juga terjadi di perpetual trading. Ketika semakin banyak trader yang beralih dari CEX ke DEX untuk melakukan perpetual trading, maka akan semakin besar juga potensi yang dimiliki sektor perpetual DEX.
Kesimpulan
Decentralized perpetual trading adalah evolusi dalam dunia derivatif karena memungkinkan perdagangan kontrak berjangka tanpa tanggal kadaluarsa di platform DEX. Mirip dengan derivatif lainnya, jenis perdagangan ini memungkinkan para trader untuk membuka posisi long atau short, dan menggunakan leverage. Untuk memastikan harga futures sama dengan harga spot, decentralized perpetual trading menggunakan mekanisme ‘funding rates‘.
Meskipun masih baru dan memiliki pangsa pasar yang jauh lebih kecil dibanding CEX, sektor perpetual DEX menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan. Kehadiran platform perpetual DEX dengan beragam inovasinya seperti GMX, dYdX, dan GNS juga menjadi salah satu faktornya. Sifatnya yang terdesentralisasi dan non-custodial membuat perpetual DEX jadi alternatif bagi trader, terutama di tengah risiko keamanan yang ada di platform terpusat. Melihat dinamikanya, sektor perpetual DEX memiliki potensi untuk tumbuh dan menjadi lebih kompetitif di masa depan.
Beli Aset Crypto di Pintu
Tertarik berinvestasi pada aset crypto? Tenang saja, kamu bisa membeli berbagai aset crypto seperti BTC, ETH, SOL, dan yang lainnya tanpa harus khawatir adanya penipuan melalui Pintu. Selain itu, semua aset crypto yang ada di Pintu sudah melewati proses penilaian yang ketat dan mengedepankan prinsip kehati-hatian.
Aplikasi Pintu juga kompatibel dengan berbagai macam dompet digital populer seperti Metamask untuk memudahkan transaksimu. Ayo download aplikasi Pintu di Play Store dan App Store! Keamananmu terjamin karena Pintu diregulasi dan diawasi oleh Bappebti dan Kominfo.
Selain melakukan transaksi, di aplikasi Pintu, kamu juga bisa belajar crypto lebih lanjut melalui berbagai artikel Pintu Academy yang diperbarui setiap minggunya! Semua artikel Pintu Akademi dibuat untuk tujuan edukasi dan pengetahuan, bukan sebagai saran finansial.
Referensi
- Ananda Banerjee, What are Perpetual Futures Contracts in Cryptocurrency? BeinCrypto, diakses pada 24 Agusutus 2023.
- Prableen Bajpai, Cryptocurrency Futures Defined and How They Work on Exchanges, Investopedia, diakses pada 24 Agustus 2023.
- Kunal Goel, GMX: Spotting the Future, Messari, diakses pada 24 Agustus 2023.
- Coin Telegraph, What is dYdX? A beginner’s guide to trading on a decentralized exchange, diakses pada 24 Agustus 023.
- Gains Network Docs, Overview gTrade, diakses pada 25 Agusutus 2023.
- DeFi Made Here, On-chain Derivatives sector is the most competitive in DeFi, Twitter, diakses pada 24 Agustus 2023.