Kategori
Trading Pemula

Cara Menggunakan Fibonacci ketika Trading Crypto

Reading Time: 8 minutes

Indikator fibonacci menjadi salah satu indikator favorit para trader amatir maupun profesional. Selain mudah dan praktis, indikator ini juga bisa memberikan sinyal yang akurat jika dikombinasikan dengan indikator teknikal lainnya. Indikator fibonacci yang umum digunakan adalah retracement dan extensions. Mau tahu apa fungsi dan cara menggunakan kedua indikator fibonacci tersebut? Simak selengkapnya di artikel berikut.

Ringkasan Artikel

  • 📊 Terdapat dua indikator fibonacci yang kerap digunakan para trader crypto, yakni fibonacci retracement dan fibonacci extensions. Keduanya ditampilkan dalam bentuk rasio seperti 0.236 atau 23.6%, 0.618 atau 61.8%, 1 atau 100%, 1.618 atau 161.8% dan 2.618 atau 261.8%.
  • 🔎 Fibonacci retracement dapat digunakan untuk membantu mengidentifikasi area support dan resistance dalam pergerakan aset crypto.
  • 👁️ Fibonacci extensions kerap dimanfaatkan menentukan area target harga untuk melakukan take profit.
  • ⚠️ Sebagai indikator teknikal, fibonacci retracement atau extensions tidak bisa berdiri sendiri. Penggunaan indikator teknikal lainnya diperlukan untuk hasil yang lebih optimal.

Apa itu Fibonacci?

Dalam konteks pasar finansial, Fibonacci adalah serangkaian nomer yang dihasilkan dengan menambahkan dua angka terakhir. Rangkaian angka dalam Fibonacci adalah: 0, 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, 55, dst. Deretan angka Fibonacci tersebut kemudian bisa digunakan untuk membentuk fibonacci retracement dan extensions.

Namun, dalam Fibonacci retracement dan extensions, angka tersebut diubah menjadi rasio dan ditampilkan dalam bentuk persentase atau desimal. Misalnya, angka pada fibonacci retracement adalah 0.236 atau 23,6%, 0.382 atau 38,2%, 0.618 atau 61,8%, 0.764 atau 78,6%, hingga 1 atau 100%. Sementara dalam fibonacci extensions, angkanya adalah 1.000 atau 100%, 1.618 atau 161,8%, 2.618 atau 261,8%, 3.618 atau 361,8%, dan 4.236 atau 423,6%.

Rasio tersebut kerap ditemukan pada pergerakan harga aset karena didasari psikologi manusia dan perilaku pelaku pasar (herd behaviour). Asumsi ini juga diperkuat dengan pergerakan harga yang tidak pernah membentuk garis lurus, namun membentuk pola zig-zag. Pada uptrend misalnya, harga tidak akan naik terus, namun akan ada koreksi kecil, sebelum naik kembali. Begitupun sebaliknya.

Oleh sebab itu, rasio-rasio tersebut bisa dijadikan rujukan untuk memprediksi ke mana harga akan bergerak. Maka tak mengherankan jika fibonacci retracement dan extensions dimaanfaatkan untuk menentukan titik support, resistance, ataupun target harga. Hal ini membuat keduanya sangat cocok dikombinasikan dengan limit order untuk mendapatkan eksekusi trading yang lebih maksimal.

Pintu Academy telah menyiapkan artikel penggunaan limit order pada strategi range trading maupun position trading.

Indikator Fibonacci

Seperti yang sudah disinggung di bagian sebelumnya, indikator fibonacci terbagi menjadi dua: fibonacci retracement dan fibonacci extensions.

Fibonacci Retracement

Fibonacci retracement adalah garis horizontal pada chart harga yang bisa mengindikasikan area support atau resistance kemungkinan akan terbentuk. Ia memperlihatkan seberapa besar kemungkinan tren sebelumnya mengalami retracement sebelum melanjutkan trennya kembali. Dengan kata lain, ia berfungsi untuk memperkirakan pullback yang terjadi pada sebuah tren pergerakan harga.

Pullback adalah pergerakan harga yang berkebalikan dengan arah tren yang sedang berlangsung.

Dengan menggunakan fibonacci retracement, trader bisa mengidentifikasi level support dan resistance potensial selama harga mengalami retracement dalam sebuah tren. Ketika terjadi retracement pada uptrend, maka level fibonacci yang muncul bisa dijadikan area support atau titik masuk. Sementara retracement yang terjadi pada downtrend akan menghasilkan level fibonacci yang bisa digunakan sebagai area resistance atau titik keluar.

Level harga pada fibonacci retracement didapat dengan menerapkan rasio fibonacci seperti 23.6%, 38.2%, 50%, 61.8%, dan 78.6% pada swing harga yang sebelumnya.

Kamu juga bisa mempelajari cara menentukan support dan resistance melalui artikel berikut.

Fibonacci Extensions

Fibonacci extensions adalah garis horizontal pada chart harga untuk mengindikasikan level harga potensial di mana tren akan mencapai target harga atau berbalik arah. Ia berbeda dengan fibonacci retracement. Pasalnya fibonacci extensions mengabaikan retracement harga dan lebih fokus memperkirakan seberapa jauh harga akan bergerak setelah pullback berakhir.

Asumsinya, ketika harga melewati satu level fibonacci extension, besar kemungkinan ia akan terus berlanjut. Dengan kata lain, fibonacci extensions memperlihatkan area possible of interest.

Oleh sebab itu, para trader kerap menggunakan fibonacci extensions untuk menentukan target harga sebagai titik take profit. Dalam menggunakan fibonacci extensions, trader sudah meyakini bahwa harga aset tersebut akan menguat ke depannya.

Level harga pada fibonacci extensions didapat menerapkan rasio fibonacci seperti 61.8%, 100%, 127.2%, 161.8%, dan 261.8% pada akhir retracement yang sebelumnya.

Perbedaan Fibonacci Retracament dan Fibonacci Extensions

Berikut ini adalah perbedaan fibonacci retracament dan fibonacci extensions:

Fibonacci RetracementFibonacci Extensions
Perlu menghubungkan dua titik hargaPerlu menghubungkan tiga titik harga
Mengukur pullback yang terjadi pada uptrend dan rebound pada downtrendMengukur seberapa jauh uptrend atau downtrend akan berlangsung
Mengidentifkasi level support dan resistanceMenentukan target harga untuk melakukan take profit
Rasio fibonacci yang kerap digunakan: 23.6%, 38.2%, 61.8%, dan 78.6%Rasio fibonacci yang kerap digunakan: 61.8%, 100%, 161.8%, dan 261.8%

Cara Menggunakan Fibonacci

Dari sisi jangka waktu, fibonacci merupakan indikator yang fleksibel. Maksudnya, ia bisa digunakan untuk jangka waktu pendek ataupun panjang.

Sebelum menggunakan Fibonacci untuk mengidentifikasi level support atau resistance, trader harus mampu mengidentifikasi “swing high” dan “swing low” terlebih dahulu. Penting untuk mengetahui dan mengindentikasi keduanya karena kedua titik tersebut elemen terpenting dalam menarik garis fibonacci.

Swing high adalah sebuah titik tertinggi sebuah candlestick pada tren pergerakan harga yang diapit lower high pada kiri dan kanannya. Sebaliknya, swing low adalah titik terendah sebuah candlestick yang diapit higher low pada kedua sisinya.

Bingung ketika membaca arti di balik sebuah candlestick? Tenang, artikel berikut dapat membantumu membaca candlestick dengan mudah.

1. Membaca dan Memanfaatkan Tren

Pergerakan harga umumnya mempunyai pola dan akan terulang, tak terkecuali pada fibonacci. Dengan memahami pola tersebut, trader dapat melihat arah dan memanfaatkan tren tersebut untuk memaksimalkan peluang yang ada. Berikut ini adalah tiga pola pada fibonacci retracement yang bisa dimanfaatkan untuk membaca tren pergerakan harga.

  • Pullback pada Uptrend

Ketika terjadi uptrend yang dominan dan diikuti oleh retracement ke rasio 0.382, maka terdapat kemungkinan yang besar harga akan mengalami rebound kuat. Jika ada aset yang mempunyai pola pergerakan serupa, maka area 0.382 bisa menjadi titik masuk yang ideal.

Sumber: https://twitter.com/MalepoCrypto/status/1726529591462801798/photo/1
  • Golden Pocket

Golden pocket adalah ruang yang terbentuk di antara rasio fibonacci 0.618 dan 0.66. Ia bisa menjadi area yang optimal untuk dijadikan titik masuk. Pasalnya, jika harga mengalami pullback dan kemudian masuk ke area golden pocket, besar kemungkinan harganya akan berbalik menjadi uptrend.

Sumber: https://twitter.com/MalepoCrypto/status/1726529615181533236
  • Retracement pada Downtrend

Jika sebuah aset mengalami downtrend yang dominan dan kemudian melewati rasio 0.236, besar kemungkinan aset tersebut akan menuju level low berikutnya. Pastikan level 0.236 berbalik menjadi level support dan area golden pocket menjadi resistance jika ingin membuka posisi. Setelah melewatinya, setiap harga mengalami downtrend bisa menjadi peluang untuk melakukan short.

Sumber: Malepo Crypto

2. Menentukan Level Support

Setelah menentukan titik swing low dan swing high, hubungkan keduanya menggunakan retracement yang tersedia pada TradingView. Pastikan untuk menarik garis dari bawah ke atas, jangan sebaliknya. TradingView secara otomatis akan menampilkan level support menggunakan rasio fibonacci, atau disebut juga sebagai retracement.

Pada chart di atas terlihat bahwa retracement 23.60%, 38.20%, 50%, 61.8%, dan 78.60% bisa dijadikan sebagai level support BTC pada periode tersebut. Setelah mencapai titik terendahnya di $15.422, BTC kemudian mengalami uptrend hingga mencapai titik $24.262.

Pergerakan harga di atas memperlihatkan retracement yang terjadi pada harga BTC tidak terlalu dalam. BTC mengalami beberapa kali koreksi dengan menembus support pertama di 23.60%, support kedua di 38.20%, dan support ketiga di 50%. Namun, selepas retracement tersebut, BTC kembali melanjutkan pergerakan uptrendnya.

Jika seorang trader hendak membeli BTC, titik-titik fibonacci retracement yang memperlihatkan area support tadi bisa dijadikan sebagai area pembelian. Namun perlu diingat, fibonacci tidak bisa dijadikan sebagai indikator teknikal tunggal. Kombinasikan dengan indikator teknikal lainnya untuk hasil yang lebih optimal.

3. Menentukan Level Resistance

Cara menggunakan fibonacci retracement untuk mencari titik resistance potensial kurang lebih sama dengan cara sebelumnya. Hanya saja, trader perlu menghubungkan swing high ke swing low. Setelah itu akan terlihat masing-masing rasio fibonacci yang bisa digunakan sebagai area resistance.

Sebagai contoh, chart di atas memperlihatkan area resistance pada grafik ETH/USD. Area tersebut didapat dari menghubungkan titik swing high di 2.024 ke titik swing low di 1.078.

Hasilnya, dapat dilihat bahwa level retracement 23.60%, 61.80%, 78.60%, serta 100% pada beberapa kesempatan berlaku sebagai area resistance. Hal ini menjadikannya sebagai area take profit yang optimal bagi para trader. Untuk mendapatkan titik yang lebih akurat, kombinasikan fibonacci retracement dengan indikator teknikal lainnya.

Tren pergerakan harga akan sangat memengaruhi titik untuk masuk atau keluar. Jika retracement yang terjadi cukup dalam, maka level fibonacci yang dijadikan support/resistance adalah 50%, 61.80% dan 78.60%. Sementara jika retracement tidak terlalu dalam, maka level fibonacci yang dijadikan support/resistance adalah 23.60%, 38.20%, dan 50%.

4. Menentukan Target Harga

Jika dalam menentukan titik support dan resistance yang digunakan adalah fibonacci retracement, untuk menentukan target harga yang digunakan adalah fibonacci extensions. Pada fibonacci extensions, trader harus menghubungkan tiga titik, alih-alih hanya dua titik.

Pada toolbar TradingView, pilih Trend-Based Fibonacci Extensions. Kemudian, hubungkan titik pertama (swing low) ke titik kedua (swing high), pada dasarnya fibonacci extensions mengukur panjang tren di antara titik pertama dan kedua.

Setelah itu, hubungkan ke titik ketiga, yakni swing low yang terjadi setelah titik kedua. Titik ini harus lebih tinggi dibandingkan swing low yang digunakan pada titik pertama. Titik ketiga pada dasarnya adalah retracement yang terjadi pada rally sebelumnya. Ketika ketiga titik terhubung, garis level fibonacci akan muncul secara otomatis.

Pada chart BTC/USD di atas, titik pertama adalah $19.600 (swing low), titik kedua adalah $30.950 (swing high), dan titik ketiga 24.735 (swing low kedua). Dengan menghubungkan ketiganya, terlihat masing-masing level rasio fibonacci. Dapat dilihat, harga BTC sempat tertahan pada level 61.80%, 100%, 111,3%, dan 161,8%. Artinya, keempat level tersebut bisa dijadikan sebagai target harga pemilik BTC.

Bahkan, ketika artikel ini ditulis, BTC sedang mengalami rally dan bergerak menuju ke level 261.80%, yakni $54.506. Hal tersebut bisa menjadi bukti bahwa fibonacci extensions bisa menjadi salah satu indikator untuk menentukan target harga.

Perlu diingat, level rasio fibonacci tidak bersifat mutlak. Sangat mungkin harga sebuah aset akan melewatinya terlebih dahulu atau bahkan hanya mendekatinya sebelum akhirnya mengalami pullback.

Kesimpulan

Sebagai indikator teknikal, fibonacci retracement dan extensions bisa mempermudah para trader dalam mencari area support, resistance, hingga target harga. Kendati begitu, sama halnya dengan indikator teknikal lainnya, keduanya tidak akan selalu akurat. Selain itu, indikator fibonacci juga tidak bisa berdiri sendiri sebagai alat analisis. Penggunaan indikator teknikal lainnya seperti moving average, stochastic, dan indikator teknikal lainnya tetap diperlukan untuk mendapatkan hasil analisis yang lebih optimal.

Berikut ini adalah empat indikator teknikal yang wajib kamu ketahui ketika trading crypto.

Beli Aset Crypto di Pintu

Setelah mengetahui cara menggunakan indikator fibonacci, jangan lupa untuk mempraktikannya sebelum membeli aset crypto di Pintu. Kamu bisa membeli berbagai aset crypto seperti BTC, ETH, SOL, dan yang lainnya tanpa harus khawatir adanya penipuan melalui Pintu. Selain itu, semua aset crypto yang ada di Pintu sudah melewati proses penilaian yang ketat dan mengedepankan prinsip kehati-hatian.

Aplikasi Pintu juga kompatibel dengan berbagai macam dompet digital populer seperti Metamask untuk memudahkan transaksimu. Ayo download aplikasi Pintu di Play Store dan App Store! Keamananmu terjamin karena Pintu diregulasi dan diawasi oleh Bappebti dan Kominfo.

Selain melakukan transaksi, di aplikasi Pintu, kamu juga bisa belajar crypto lebih lanjut melalui berbagai artikel Pintu Academy yang diperbarui setiap minggunya! Semua artikel Pintu Akademi dibuat untuk tujuan edukasi dan pengetahuan, bukan sebagai saran finansial.

Referensi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *