Kategori
Trading Pemula

Apa Itu Descending Triangle?

Reading Time: 5 minutes

Dalam mengevaluasi suatu aset, trader dan investor perlu melakukan analisis teknikal terlebih dahulu untuk membantu mengidentifikasi tren pasar. Salah satu elemen penting dalam analisis teknikal adalah mengenali garis support dan resistance, yang dapat digunakan untuk memantau pergerakan harga dan pola-pola yang terbentuk. Dengan memahami koneksi antara support dan resistance, trader dapat mengidentifikasi potensi pembalikan atau kelanjutan tren. Salah satu pola pada analisis teknikal yang dapat menunjukkan tren bearish atau bullish adalah descending triangle. Apa itu descending triangle?

Ringkasan Artikel

  • Descending Triangle: pola grafik teknikal yang terbentuk seperti segitiga ketika harga suatu aset menunjukkan tren menurun dengan puncak harga yang semakin rendah (lower highs) dan harga terendah yang bertahan di level support horizontal.
  • Descending Triangle sering digunakan oleh trader dan investor karena pola ini bisa menunjukkan sentimen penurunan yang berlanjut.
  • Dengan memahami pola Descending Triangle yang benar, kamu bisa mengidentifikasi peluang pasar dengan efektif dan mengurangi risiko saat melakukan trading.

Apa itu Descending Triangle?

Descending Triangle adalah pola grafik teknikal yang terbentuk seperti segitiga ketika harga suatu aset menunjukkan tren menurun dengan puncak harga yang semakin rendah (lower highs) dan harga terendah yang bertahan di level support horizontal. Pola ini menunjukkan tekanan jual yang semakin meningkat. Jika harga menembus level support ini, pola ini mengindikasikan potensi kelanjutan tren bearish.

Namun, jika permintaan beli menguat secara signifikan, pola ini dapat berubah menjadi bullish reversal. Artinya, harga akan berbalik dan kemungkinan naik menuju level resistance yang lebih tinggi.

Mengapa Descending Triangle Sering Digunakan?

Descending Triangle sering digunakan oleh trader dan investor karena pola ini menunjukkan potensi penurunan harga yang berlanjut. Pola ini dapat dilihat menggunakan indikator teknikal seperti Moving Average, Support, Resistance, dan Volume transaksi.

Biasanya, pola ini muncul saat harga berada di bawah Moving Average 50 atau 200. Jika harga turun jauh di bawah level ini, itu bisa menunjukkan momentum bearish. Momentum ini sering terjadi bersamaan dengan pembentukan pola Descending Triangle.

Level support horizontal adalah elemen penting dalam pola ini. Pola penurunan harga biasanya terkonfirmasi jika level support ini berhasil ditembus. Saat itu terjadi, daya beli umumnya semakin melemah.

Meskipun pola ini memberikan sinyal untuk berhati-hati, kamu tetap bisa memanfaatkan peluangnya. Misalnya, kamu bisa membuka posisi short jika pola ini memberikan konfirmasi penurunan yang jelas. Konfirmasi ini bisa berupa harga yang menembus garis support atau jatuh lebih rendah dari area resistance.

Descending Triangle juga dapat terbentuk saat tren sedang bullish atau dalam fase akumulasi (sideways). Pola ini sering terlihat saat daya jual lebih tinggi daripada daya beli, sementara volume transaksi menurun. Penurunan harga biasanya berlanjut ke level support berikutnya.

Jika harga melakukan retest pada support beberapa kali tetapi akhirnya menembus garis resistance, itu bisa menjadi tanda awal pembalikan tren (reversal).

Bagaimana Cara Menggunakan Descending Triangle untuk Trading?

Dengan memahami pola Descending Triangle yang benar, kamu bisa mengidentifikasi peluang pasar dengan efektif dan mengurangi risiko saat melakukan trading.

1. Hindari Pembelian Aset di area Resistance Descending Triangle

Saat harga terus menurun dan membentuk lower highs, sebaiknya hindari pembelian di area resistance. Penolakan harga di area ini rentan terjadi jika tidak ada katalis yang membuat sentimen pasar menjadi bullish. Kamu bisa memanfaatkan momentum ini untuk membuka posisi short ketika harga tervalidasi tidak bisa bertahan di level support horizontal dan turun ketika mencoba menembus resistance.

2. Validasi Breakout

Salah satu cara efektif dalam menggunakan pola Descending Triangle yang bisa kamu terapkan yaitu menunggu validasi breakout. Ketika harga terus mengalami penurunan yang signifikan dan menembus batas level support horizontal dengan volume besar mengalir ke aset yang kamu pantau, dapat disimpulkan bahwa tren penurunan sedang berangsur terjadi dan kamu dapat melakukan akumulasi aset dengan menunggu harga berhasil breakout dari titik tertinggi pada pola Descending Triangle seiring dengan meningkatnya volume pembelian.

3. Tentukan Target Profit dan Stop Loss

Setelah breakout terjadi, penting untuk kamu disiplin dalam menentukan target profit dan stop loss yang sesuai. Salah satu metode yang bisa kamu gunakan untuk menentukan target harga adalah dengan mengukur jarak antara titik tertinggi pola Descending Triangle dan level support horizontal. Selanjutnya, jarak ini dapat diterapkan pada titik breakout untuk memperkirakan potensi pergerakan harga setelah breakout.

Tips: Target profit dapat ditempatkan di atas level resistance dari pola Descending Triangle jika harga bergerak naik setelah breakout. Penempatan target ini bertujuan untuk menghindari kerugian akibat false breakout dan memastikan peluang mendapatkan profit dari pergerakan harga. Sementara itu, area support horizontal dapat dimanfaatkan sebagai titik entry posisi untuk memaksimalkan potensi keuntungan dari pola ini.
Tips: Stop loss dapat ditempatkan sedikit di bawah level support jika harga bergerak turun dan berhasil melewati area support horizontal. Hal ini penting untuk melindungi posisi trading kamu dari kemungkinan terjadinya penurunan harga yang signifikan secara cepat.

4. Amati Volume Transaksi

Volume transaksi adalah faktor kunci yang tidak boleh kamu abaikan ketika menganalisis pola Descending Triangle. Pada pembentukan pola Descending Triangle, volume transaksi biasanya akan menunjukkan penurunan seiring dengan menurunnya harga, yang menandakan bahwa daya jual mulai menguat. Namun, ketika terjadi breakout, volume harus meningkat untuk mendukung validitas pergerakan harga tersebut.

Volume yang tinggi pada saat breakout memberikan sinyal bahwa pasar sedang merespons pola ini secara positif dan hal ini meningkatkan kemungkinan bahwa harga akan bergerak naik. Sebaliknya, jika volume tetap rendah atau tidak ada peningkatan signifikan saat breakout, maka pergerakan harga dapat berbalik arah atau terhenti seiring waktu.

5. Analisa Pola baru yang Muncul

Setelah breakout terjadi, penting juga untuk kamu mengamati perkembangan pola lain yang mungkin muncul untuk memberikan referensi sinyal lanjutan. Misalnya, jika breakout diikuti oleh pola seperti bull flag atau pola bullish reversal lainnya, ini bisa mengindikasikan bahwa pasar memang sedang berbalik arah dan harga mungkin akan terus naik setelah pola Descending Triangle.

Begitu juga sebaliknya, jika setelah breakout muncul pola seperti bearish engulfing atau pola candlestick bearish lainnya, ini bisa mengindikasikan bahwa tren bearish akan terus berlanjut. Oleh karena itu, tidak hanya mengandalkan pola Descending Triangle saja, tetapi juga penting untuk kamu mengamati perkembangan pola-pola teknikal lainnya untuk memperkuat analisis dan keputusan trading yang diambil.

Kesimpulan

Descending Triangle adalah pola teknikal penting yang membantu kamu mengidentifikasi potensi kelanjutan tren bearish atau bullish. Pola ini terbentuk dari garis resistance yang menurun dan sering kali didukung oleh penurunan volume selama pembentukannya.

Kamu dapat memanfaatkannya dengan menunggu konfirmasi breakout, menetapkan target profit berdasarkan tinggi pola, dan mengamati volume transaksi untuk memvalidasi pola ini.

Meskipun mengandung risiko, pola ini memberikan peluang signifikan bila dipadukan dengan strategi seperti analisis support/resistance, pengelolaan stop loss, target profit, dan identifikasi pola lanjutan lainnya untuk memaksimalkan potensi keuntungan.

Referensi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *