Pasar crypto telah mengalami tren turun sejak pertengahan Januari 2025. Kombinasi kondisi makroekonomi yang buruk dan perang tarif Trump membuat pasar crypto terpuruk. Investor dan trader yang menggunakan strategi buy the dip telah dihukum berat karena pasar terus anjlok setiap berita negatif muncul.
Ringkasan Artikel
- Cara membeli dip: Strategi buy the dip bergantung pada identifikasi koreksi pasar dalam sebuah uptrend sebuah aset. Tidak semua penurunan harga merupakan peluang beli dan analisis yang tepat diperlukan untuk membedakan antara koreksi sementara dan tren turun yang berkepanjangan.
- Mengidentifikasi pola untuk membeli koreksi yang tepat: Identifikasi pola grafik seperti rounding bottom, fase akumulasi Wyckoff, dan pembelian dip dalam uptrend yang telah terkonfirmasi dapat memberikan sinyal titik masuk yang menguntungkan. Pola-pola ini, yang dikombinasikan dengan indikator teknikal seperti EMA, RSI, dan Fibonacci retracement, membantu menentukan kapan waktu yang tepat untuk membeli.
- Manajemen risiko saat melakukan buy the dip: Para pembeli dip yang sukses menggunakan teknik-teknik seperti stop-loss, Dollar-Cost Averaging (DCA), dan menghindari menginvestasikan seluruh modal sekaligus. Langkah-langkah ini melindungi dari kerugian besar jika penurunan berlanjut lebih lama dari yang diantisipasi.
- Adaptasi terhadap kondisi pasar adalah kunci: Strategi buy the dip bekerja paling baik pada pasar bullish di mana koreksi bersifat sementara dan tren keseluruhan naik. Pada tren menurun, kalian perlu memiliki strategi yang tepat sebelum melakukan buy the dip.
Apa itu Strategi Buy The Dip?
Buy the dip adalah strategi investasi dan perdagangan yang umum digunakan di pasar crypto dan saham. Strategi ini merujuk pada metode sederhana membeli ketika harga turun dengan ekspektasi bahwa harga tersebut akan pulih. Di pasar crypto yang volatil, buy the dip merupakan salah satu istilah dan strategi investasi yang paling populer. Strategi ini sangat populer di kalangan investor pemula karena sederhana dan mudah dilakukan.
Jika dieksekusi dengan benar, strategi buy the dip memberikan titik masuk bagi investor dan trader untuk aset-aset berkualitas tinggi. Namun, jika dieksekusi dengan buruk, strategi ini dapat menyebabkan kerugian signifikan akibat terus membeli hingga masuk ke tren turun.
Strategi yang baik adalah membeli koreksi harga dalam tren naik yang kuat dan meraih keuntungan sebelum tren tersebut berbalik. Contoh di bawah ini menunjukkan betapa menguntungkannya melakukan buy the dip pada aset SOL sepanjang 2024. Ini merupakan contoh yang baik tentang cara membeli dip di pasar bullish.

Kapan Harus Melakukan Buy the Dip?
Kalian perlu membeli dip yang tepat untuk mendapatkan keuntungan dari penggunaan strategi ini. Sebagian besar orang seringkali melakukan strategi ini secara serampangan, membeli setiap penurunan tanpa strategi atau analisis apa pun. Inilah mengapa banyak orang sering membeli dalam downtrend, bukannya hanya dip. Tidak setiap penurunan harga harus dibeli.

Jadi, kapan harus buy the dip? Jawaban sederhananya adalah dengan membeli dip pada momentum tren naik yang jelas. Kamu dapat mengidentifikasi momentum tren naik yang kuat melalui analisis teknikal, melihat volume, membaca sentimen pasar umum, atau menganalisis grafik Bitcoin. Namun, ketika kamu mencoba membeli dip pada tren turun, kamu perlu mengidentifikasi pola yang jelas, bukan dengan buta menangkap “pisau yang jatuh” (lihat grafik kiri di atas).
Manajemen Risiko Saat Buy the Dip
- Gunakan stop loss: Menggunakan stop loss di area support kuat atau sesuai toleransi risiko adalah cara yang baik untuk mencegah kerugian signifikan ketika pasar tiba-tiba menunjukkan kelemahan.
- Analisis teknikal: Analisis teknikal akan membantumu mengidentifikasi momentum dan menentukan kapan harus membeli dip (atau tidak). Hal tersebut juga berguna untuk memetakan area kunci support dan resistance.
- Gunakan strategic DCA: Bagi trader dan investor pemula, membeli sebaiknya dilakukan secara bertahap menggunakan DCA atau strategi lain. Hal ini dilakukan untuk mencegah kerugian besar jika asumsi kita ternyata salah.
- Mengetahui kapan harus berhenti: Jika dip yang kamu beli terus jatuh dan pasar terus menunjukkan kelemahan, kamu perlu mengevaluasi kembali. Melakukan buy the dip dalam tren turun adalah resep bencana (kecuali kalian adalah investor jangka panjang).
3 Pola Grafik dan Strategi untuk Membeli Dip
1. Rounding Bottom
Rounding bottom adalah pola grafik yang sering terbentuk dalam tren menurun. Pola in ditemukan di akhir tren penurunan yang panjang dan menandakan pembalikan harga. Secara visual, pola ini berbentuk “U”. Pola ini juga disebut dengan rounding bottom karena kesederhanaan pergerakan harga (higher low yang diikuti oleh higher high).

Dalam pola rounding bottom, pemulihan aset terjadi secara lambat dan stabil. Harga sering berfluktuasi di dekat level terendah, secara perlahan membentuk higher low sambil mendekati resistance sebelumnya. Selain itu, perhatikan pola lain yang sering terjadi dalam rounding bottom, seperti double bottom.
Jadi, bagaimana cara trading dengan pola rounding bottom? Dengan strategi buy the dip, membeli pada higher low dalam pola rounding bottom. Melakukan DCA setiap kali higher low terbentuk merupakan strategi yang baik. Selain itu, kalian dapat menentukan stop loss pada higher low sebelumnya atau pada titik terendah lokal.
Dua contoh pola rounding bottom yang terbentuk pada CRV dan FARTCOIN:


2. Membeli pada Fase Akumulasi Wyckoff
Menurut teori Richard Wyckoff, fase akumulasi adalah fase yang terjadi setelah suatu aset mengalami tren turun yang berkepanjangan dan akhirnya harga stabil. Dalam fase akumulasi, harga berkonsolidasi dan menetap dalam suatu range (bergerak sideways). Namun, Wyckoff berpendapat bahwa trader “smart money” akan mengakumulasi aset selama fase ini.

Fase akumulasi Wyckoff lebih mirip dengan fase umum di mana berbagai pola dapat muncul. Pada fase ini, dapat terlihat pola seperti rounding bottom, triple bottom, V-reversal, double bottom, atau bahkan cup and handle. Aspek penting dari tahap akumulasi adalah volume yang stabil dan/atau mulai meningkat kembali.
Trading dalam fase akumulasi Wyckoff menggunakan strategi buy the dip serupa dengan pola rounding bottom. Terbentuknya higher low pada grafik merupakan potensi sinyal beli, sementara stop loss harus ditetapkan pada support sebelumnya atau pada titik rendah lokal (untuk mengantisipasi potensi penurunan lebih lanjut).
Contoh potensi fase akumulasi Wyckoff pada ENA:

3. Melakukan Buy the Dip dalam Tren Kenaikan

Menerapkan strategi buy the dip dalam tren kenaikan yang kuat adalah skenario ideal. Dalam tren ini, penurunan harga biasanya bersifat sementara dan harga pada akhirnya akan kembali melanjutkan tren. Seperti terlihat di atas, membeli koreksi besar di bawah $2 pada SUI akan memberikan profit lebih dari 150% (jika dijual sekitar $5).
Kamu dapat menggunakan berbagai indikator untuk mengidentifikasi tren kenaikan yang kuat seperti EMA (Exponential Moving Average), Fibonacci Retracement, atau RSI (Relative Strength Index). Kita bisa mengatakan SUI masih dalam kenaikan kuat karena harga memantul pada level EMA 50-hari dan langsung membentuk higher low dan higher high.
Tren kenaikan pada dasarnya adalah kondisi di mana harga selalu membuat higher low dan higher high. Jadi, ketika harga akhirnya gagal menciptakan pola tersebut, terdapat potensi terjadinya pembalikkan tren.
Jadi, trading pada tren kenaikan menggunakan strategi buy the dip cukup sederhana. Gunakan EMA atau Fibonacci untuk menentukan area support kuat ketika koreksi terjadi. Setelah membeli dip, kamu perlu menentukan strategi pengambilan profit karena tren tersebut pada akhirnya akan berbalik.
Kesimpulan
Strategi “buy the dip” dapat menjadi metode yang ampuh untuk memperoleh aset berkualitas tinggi dengan harga lebih rendah, terutama dalam tren kenaikan yang kuat. Dengan memanfaatkan analisis teknikal untuk mengidentifikasi pola grafik dan menerapkan manajemen risiko, investor dapat memposisikan diri untuk mendapatkan keuntungan dari rebound pasar. Namun, keberhasilan strategi ini bergantung pada kemampuan untuk membedakan waktu yang tepat untuk masuk serta menjaga pendekatan yang disiplin. Pada akhirnya, strategi buy the dip yang dieksekusi dengan baik menyeimbangkan kesabaran dan presisi, sehingga menjadi alat yang layak digunakan oleh trader baru maupun berpengalaman yang ingin memanfaatkan koreksi pasar.
Tutorial Membeli Aset Crypto di Pintu Pro Web
Tertarik berinvestasi aset crypto? Tenang saja, kamu bisa membeli berbagai aset crypto seperti BTC, ETH dan yang lainnya tanpa harus khawatir melalui Pintu. Kamu bisa langsung membeli aset crypto langsung di browser dengan mengakses: Pintu Pro Web. Di Pintu Pro Web, kamu bisa melakukan trading future dan spot langsung di satu platform.
Aplikasi Pintu juga kompatibel dengan berbagai macam dompet digital populer seperti Metamask untuk memudahkan transaksimu. Ayo download aplikasi Pintu di Play Store dan App Store! Keamananmu terjamin karena Pintu diregulasi dan diawasi oleh OJK dan CFX.
Selain melakukan transaksi, di aplikasi Pintu, kamu juga bisa belajar crypto lebih lanjut melalui berbagai artikel Pintu Academy yang diperbarui setiap minggunya! Semua artikel Pintu Akademi dibuat untuk tujuan edukasi dan pengetahuan, bukan sebagai saran finansial.
Referensi
- The DeFi Investor, “When to buy the dip?”, Substack, diakses pada 7 April 2025.
- Kriptomat, “Should You Buy Crypto During a Market Dip?”, diakses pada 8 April 2025.
- @fejau_inc, “Just a piece of advice here for people trying to buy the dip When we see liquidations of this magnitude, there’s a couple of things that often happen”, X, diakses pada 8 April 2025.
- @TraderMercury, “”I bought the dip!” no, you didn’t. you bought a downtrend. know the difference”, X, diakses pada 9 April 2025.
- Archana Chettiar, “Rounding Bottom Pattern: A Complete Guide,” Equentis, diakses pada 10 April 2025.
- TradingwithRayner, “Wyckoff Theory For Beginners (The Definitive Guide),” diakses pada 11 April 2025.
- Lenka Fetyko, “Maximizing Profits: The Strategy of Buying Dips in an Uptrend,” altFINS, diakses pada 14 April 2025.