Kategori
Futures Trading Menengah

Apa itu Margin di Futures Trading?

Reading Time: 6 minutes

Margin trading adalah strategi populer yang memungkinkan trader membuka posisi lebih besar dari modal yang dimiliki, dan dalam exchange terpusat (CEX) dikenal sebagai perpetual futures trading dengan leverage. Dalam perpetual futures trading, margin berfungsi sebagai saldo untuk membuka dan mempertahankan posisi. Dengan memahami cara kerja margin, kamu bisa trading Futures dengan lebih bijak. Artikel ini akan membahas pengertian margin, cara kerja margin, dan cara mengelola margin.

Ringkasan Artikel

  • 🔎 Pengertian Margin: Margin adalah saldo jaminan untuk membuka dan mempertahankan posisi dalam futures trading.
  • 📊 Jenis-Jenis Margin: Available Margin, Intial Margin, Maintenance Margin, Margin Usage Ratio. Keempatnya adalah komponen utama yang perlu dipahami trader untuk menentukan penggunaan margin yang lebih bijak.
  • 📌 Pengertian Cross Margin: Cross Margin dikenal fleksibel karena memungkinkan pengguna membagi margin ke beberapa posisi secara bersamaan.

Pengertian Margin

Margin adalah saldo jaminan untuk membuka dan mempertahankan posisi dalam perpetual futures trading. Margin juga berperan penting dalam penggunaan leverage, penentuan ukuran posisi, dan harga likuidasi.

Di crypto exchange seperti Pintu, margin disetorkan dalam bentuk USDT. Meskipun leverage yang tersedia tetap di angka 25x, trader tetap bisa mengatur besarnya margin yang digunakan untuk menentukan ukuran posisi. Semakin besar initial margin yang digunakan, semakin besar pula posisi yang bisa dibuka.

Di Pintu Futures, initial margin yang diperlukan adalah sebesar 4%. Artinya, pengguna harus menyediakan 4% dari nilai posisi sebagai initial margin.

Contoh: seorang pengguna yang membuka posisi long BTC senilai $5.000 dengan leverage 25x membutuhkan $200 (4%) sebagai initial margin. Dalam skenario ini, pergerakan harga turun sebesar 3% dapat menyebabkan posisi tersebut terlikuidasi dan seluruh initial margin hilang.

Bagaimana Cara Kerja Margin?

Sebelum membuka posisi dalam perpetual futures, penting bagi trader untuk memahami jenis-jenis margin dan cara kerjanya. Dengan mengatur margin secara tepat, trader bisa mengontrol seberapa besar risiko yang siap ditanggung dan menentukan ukuran posisi yang sesuai dengan strategi tradingnya agar terhindar dari likuidasi.

1. Available Margin / Margin Tersedia

Available margin adalah jumlah margin balance yang bisa digunakan untuk membuka posisi baru atau menahan posisi yang sedang terbuka. Dalam mode cross margin, jumlahnya bisa berubah secara dinamis tergantung kondisi posisi (untung/rugi) dan pesanan yang belum tereksekusi (open order).

Margin BalanceUSDT 100Total saldo margin di akun
Total Posisi1. BTC (Terisi)
2. ETH (Open Order)
Dua posisi: satu aktif, satu belum tereksekusi
Leverage25xLeverage tetap di Pintu Futures
Open OrderUSDT 500Nilai posisi yang belum tereksekusi
Initial Margin untuk Open OrderUSDT 204% dari nilai open order
Nilai Posisi (Terisi)USDT 1.000Nilai posisi aktif
Initial Margin (IM)USDT 404% dari nilai posisi aktif
Maintenance Margin (MM)USDT 101% dari nilai posisi aktif (saldo yang terkunci)
Available MarginUSDT 70Margin Balance – IM & MM
Efektif Leverage10xTotal Nilai Posisi / Saldo Akun
Margin Usage Ratio12,5%Maintenance Margin / (Maintenance Margin + Available Margin) x 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa available margin dipengaruhi oleh 2 komponen utama: open order dan maintenance margin.

Saat kamu memasang open order, sistem mengunci initial margin hingga order tereksekusi. Untuk posisi yang aktif, hanya maintenance margin yang tetap dikunci.

Dalam contoh tersebut, dari total margin balance USDT 100:

  • USDT 20 dikunci untuk open order
  • USDT 10 dikunci sebagai maintenance margin

Maka available margin yang tersisa adalah USDT 70. Semakin besar total open order dan total maintenance margin dari posisi aktif, semakin kecil margin yang tersedia untuk membuka posisi baru atau menahan kerugian.

2. Initial Margin / Biaya Margin

Initial margin adalah saldo yang digunakan untuk membuka posisi dengan leverage. Besarnya tergantung pada tingkat leverage yang ditetapkan oleh bursa (CFX). Di Pintu Futures, dengan leverage tetap sebesar 25x, initial margin yang dibutuhkan adalah 4% dari nilai posisi.

Contoh:
Jika kamu ingin membuka posisi senilai USDT 1.000, kamu hanya perlu menyediakan USDT 40 sebagai initial margin. Saat posisi masih berupa open order, margin ini akan dikunci. Namun, setelah posisi terbuka, saldo tersebut akan kembali menjadi margin yang tersedia.

3. Maintenance Margin

Maintenance margin adalah jumlah minimum yang harus tetap tersedia untuk menjaga posisi tetap terbuka. Jika saldo margin turun di bawah level ini, posisi kamu bisa terkena likuidasi. Di Pintu Futures, maintenance margin dengan leverage 25x adalah sebesar 1% dari nilai posisi atau 1/4 dari initial margin.

Contoh: Untuk posisi senilai USDT 1.000, maintenance margin yang dibutuhkan adalah USDT 10. Pastikan margin kamu tidak turun di bawah angka ini agar posisi tetap aman dari likuidasi. Jumlah ini akan terus dikunci selama posisi masih terbuka.

4. Margin Usage Ratio

Margin usage ratio adalah persentase antara 0 hingga 100% yang menunjukkan seberapa besar margin kamu telah terpakai saat posisi terbuka. Semakin tinggi angkanya, semakin dekat posisi kamu dengan risiko likuidasi.

Margin BalanceUSDT 100
Total Posisi1 (BTC)
Leverage25x
Total Nilai PosisiUSDT 1.000
Total Initial MarginUSDT 40
Maintenance MarginUSDT 10
Available MarginUSDT 90
Efektif Leverage10x
Margin Usage Ratio10%

Seperti contoh di atas, margin usage ratio 10% artinya kamu masih punya cadangan margin 90% untuk menahan kerugian atau membuka posisi baru. Jika margin ratio mendekati 100%, artinya saldo kamu hampir habis dan posisi kamu terancam likuidasi.

Apa itu Mode Cross Margin?

Dalam perpetual futures trading, terdapat beberapa mode margin, salah satunya adalah cross margin. Mengetahui mode margin yang digunakan oleh sebuah exchange penting agar trader dapat mengatur alokasi *margin-*nya secara tepat.

Pintu Futures menggunakan sistem cross margin, yang dikenal fleksibel karena memungkinkan pengguna membagi margin ke beberapa posisi secara bersamaan. Artinya, seluruh saldo margin digunakan bersama untuk menopang semua posisi aktif.

Jika salah satu posisi mengalami kerugian sementara posisi lain mencetak profit belum terealisasi, maka profit tersebut otomatis menambah margin yang tersedia. Hal ini membuat penggunaan margin lebih efisien dan membantu mengurangi risiko likuidasi, tergantung seberapa besar keuntungan yang dimiliki.

Simulasi Cross Margin

  • Trader membuka dua posisi: SOL dan XRP, masing-masing senilai USDT 1.500 (total posisi USDT 3.000) dengan leverage 25x.
  • Margin balance awal sebesar USDT 500, dengan initial margin total USDT 120 dan maintenance margin USDT 30.
  • Sisa margin menjadi available margin sebesar USDT 470.
  • Posisi SOL mengalami unrealized profit USDT -100, sedangkan posisi XRP mendapat unrealized profit USDT +200.
  • Total cumulative PnL = USDT +100, langsung menambah available margin → menjadi USDT 570.

Hasilnya:

  • Profit dari XRP bisa menutupi kerugian dari SOL.
  • Margin tetap terjaga dan risiko likuidasi lebih rendah.
  • Cross margin membuat penggunaan margin lebih efisien dan adaptif terhadap pergerakan semua posisi.

Apa itu Margin Call?

Margin call terjadi ketika trader memiliki posisi aktif yang mengalami floating loss, sehingga penggunaan margin meningkat dan mendekati ambang batas risiko likuidasi. Dalam kondisi ini, trader akan menerima peringatan untuk menambah margin agar posisi tidak ditutup secara otomatis oleh bursa (CFX).

Di Pintu Futures, margin call akan dikirimkan saat margin usage ratio mencapai antara 50% hingga 70%. Setelah peringatan ini muncul, pengguna memiliki beberapa opsi: menambah margin, menutup sebagian atau seluruh posisi, atau membatalkan transaksi jika masih terdapat open order.

Cara Mengelola Margin dalam Trading Futures

Memahami cara kerja margin saja belum cukup, kamu juga perlu tahu bagaimana cara mengelolanya dengan tepat. Tanpa perhitungan yang matang, margin bisa cepat terkikis dan memperbesar risiko likuidasi. Berikut beberapa cara yang bisa kamu jadikan referensi untuk mengelola margin secara lebih bijak dalam futures trading.

1. Atur Ukuran Posisi

Besarnya initial margin yang kamu gunakan akan langsung menentukan ukuran posisi. Karena itu, penting untuk merencanakannya dengan matang dan menetapkan batas alokasi margin sejak awal. Misalnya, kamu bisa menetapkan maksimal 10% dari margin balance untuk membuka posisi. Batas ini juga bisa kamu pecah ke dalam beberapa posisi yang punya potensi, sehingga kamu tidak bergantung hanya pada satu posisi saja.

2. Buat Perhitungan dan Skenario yang Matang

Setelah menentukan ukuran posisi, langkah selanjutnya adalah menyusun skenario perhitungan untuk posisi long maupun short. Kamu bisa menggunakan rumus yang sudah dibahas sebelumnya sebagai acuan untuk menghitung estimasi initial margin, maintenance margin, dan available margin. Dengan perhitungan yang jelas, kamu bisa memahami batas risiko sekaligus mengukur margin saat pasar bergerak ekstrem.

Contoh: Kamu memiliki margin balance sebesar USDT 500 dan ingin membuka posisi long BTC di harga $100.000 dengan nilai posisi USDT 1.000. Maka, kamu hanya perlu menyediakan USDT 40 sebagai initial margin, dan USDT 10 sebagai maintenance margin. Ini berarti kamu mengalokasikan 8% dari total margin. Jika harga BTC turun ke $52.000 atau 48%, nilai posisi kamu menjadi sekitar USDT 520 dan available margin tersisa USDT 10 dengan 50% margin usage ratio. Dengan kata lain, posisi kamu sudah sangat berisiko.

Seperti pada contoh di atas, ketika kita mengetahui potensi penurunan harga, kita bisa memperkirakan sejauh mana margin yang tersedia mampu menahan risiko tersebut. Dengan begitu, kita dapat mengambil keputusan yang lebih bijak sebelum posisi menyentuh batas likuidasi.

3. Gunakan Stop Loss Order

Setelah membuat perhitungan yang matang untuk membuka posisi, tentukan batas risiko yang bisa kamu toleransi dengan Stop Loss Order, hal ini bisa meminimalisir kerugian yang lebih besar dari batas yang sudah kita tentukan karena perubahan harga yang fluktuatif.

4. Gunakan Partial Take Profit Order

Take Profit Order membantu kamu untuk mengamankan profit di level target harga yang telah ditentukan, langkah ini membantu kamu menjadi lebih disiplin, meningkatkan available margin dan memperlebar jarak aman terhadap maintenance margin.

5. Pantau Margin Usage Ratio

Selalu perhatikan margin usage ratio secara berkala. Rasio ini menunjukkan seberapa besar margin yang sedang digunakan dan seberapa dekat posisimu dengan risiko likuidasi. Jika angkanya mulai menyentuh level berisiko, misalnya 30% atau lebih, kamu perlu segera mengambil tindakan, baik dengan menambah margin, mengurangi ukuran posisi, atau menutupnya sebagian.

6. Perhitungkan Biaya dan Funding

Biaya maker/taker, pembayaran funding, dan slippage secara perlahan mengurangi margin kamu. Jika hal-hal ini tidak diperhitungkan sejak awal saat membuka atau menutup posisi, risiko likuidasi bisa meningkat lebih cepat.

Kesimpulan

Margin adalah elemen penting dalam perpetual futures trading karena menentukan kemampuan trader dalam membuka dan mempertahankan posisi. Dengan memahami jenis margin, mode cross margin, dan cara kerja margin usage ratio, trader bisa mengelola risiko secara lebih bijak.

Disiplin dalam mengatur ukuran posisi, memperhitungkan biaya, serta menggunakan take profit dan stop loss secara strategis akan membantu menjaga margin tetap dalam porsi yang aman dan mencegah risiko likuidasi. Dengan manajemen margin yang tepat, kamu bisa mempertahankan posisi lebih lama dan mengambil keputusan dengan lebih tenang.

Disclaimer: Semua artikel dari Pintu Academy ditujukan untuk tujuan edukasi dan bukan merupakan nasihat keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *