Berkembangnya ekosistem blockchain dan aplikasi terdesentralisasi (dApp) membuka jalan bagi pengguna untuk melakukan berbagai aktivitas tanpa keterlibatan pihak ketiga, mulai dari pertukaran aset, pembelian NFT, hingga penggunaan layanan decentralized finance (DeFi). Namun, seiring bertambahnya jumlah jaringan blockchain, masalah interoperabilitas sering menjadi hambatan utama. Untungnya, beberapa solusi telah hadir seperti Cross-Chain Swap dan Bridge aset. Dalam artikel ini, kami akan membahas keduanya secara menyeluruh, mulai dari pengertian, perbedaan, hingga contoh penggunaannya dalam ekosistem Web3.
Ringkasan Artikel
- 🔎 Apa itu Bridge: mekanisme yang memungkinkan pemindahan aset crypto dari satu jaringan blockchain ke jaringan lainnya.
- ⚙️ Apa itu Cross-Chain Swap: mekanisme yang memungkinkan pengguna menukar aset crypto dari satu jaringan blockchain ke jaringan lain secara langsung.
- 📌 Pengalaman Menggunakan Bridge dan Cross-Chain Swap: dalam praktiknya, Cross-Chain Swap memberikan pengalaman yang lebih praktis dan lengkap, termasuk kemampuan untuk menukar langsung token native di jaringan tujuan.
Apa itu Bridge?
Bridge adalah mekanisme yang memungkinkan pemindahan aset crypto dari satu jaringan blockchain ke jaringan lainnya. Proses ini bisa terjadi berkat penggunaan smart contract yang dapat menjalankan serangkaian fungsi penting seperti mengunci aset di jaringan asal, mencetak token di jaringan tujuan, serta mengelola data lintas jaringan.
Dengan adanya bridge, pengguna dapat memindahkan aset seperti ETH di jaringan ETH ke jaringan Arbitrum atau jaringan blockchain lainnya melalui protokol bridge tanpa harus menjual aset yang dimiliki.
Pada banyak platform bridge, mekanisme yang digunakan adalah burn-and-mint & lock-and-mint, di mana aset dikunci di jaringan asal dan representasinya dicetak di jaringan tujuan. Aset yang dapat dipindahkan biasanya terbatas pada token-token yang telah didukung atau dikonfigurasi secara khusus di dalam sistem smart contract bridge tersebut.
Cara Kerja Bridge

Secara teknis, bridge bekerja sebagai perantara antar blockchain untuk menyampaikan dan memverifikasi data lintas jaringan, terutama dalam proses pemindahan representasi aset dari satu jaringan ke jaringan lainnya.
Contohnya:
- Kamu memiliki 1 ETH di jaringan Ethereum dan ingin memindahkannya ke jaringan Arbitrum. Ini adalah langkah awal dari proses bridging, di mana kamu ingin menggunakan aset yang kamu miliki di jaringan lain.
- Transaksi dikirim, dan smart contract bridge di Ethereum akan mengunci 1 ETH tersebut. Aset tidak benar-benar berpindah, tetapi disimpan atau dikunci di dalam smart contract sebagai jaminan bahwa kamu tidak bisa menggunakannya di dua jaringan sekaligus.
- Bridge akan mengirimkan data verifikasi transaksi ke jaringan Arbitrum, biasanya melalui validator atau relayer. Di sinilah terjadi “komunikasi” lintas jaringan, bukan antar blockchain secara langsung, tetapi melalui sistem bridge yang menyampaikan status transaksi.
- Smart contract di jaringan Arbitrum menerima data tersebut dan mencetak 1 Wrapped ETH (WETH) sebagai representasi dari ETH yang dikunci di Ethereum, nilainya 1:1 dengan ETH.
- Kamu menerima 1 WETH di jaringan Arbitrum dan bisa menggunakannya di ekosistem Arbitrum seperti token biasa.
- Proses burn terjadi ketika kamu ingin mengembalikan 1 WETH dari jaringan Arbitrum ke jaringan Ethereum. Dalam proses ini, 1 WETH yang kamu miliki akan dibakar (burned) di jaringan Arbitrum agar nantinya 1 ETH yang kamu miliki bisa diklaim kembali di jaringan Ethereum.
Apa itu Cross-Chain Swap?
Cross-Chain Swap adalah mekanisme yang memungkinkan pengguna menukar aset crypto dari satu jaringan blockchain ke jaringan lain secara langsung. Proses ini hadir sebagai alternatif praktis dalam ekosistem Web3. Jadi, pengguna bisa melakukan swap token antar chain tanpa harus melalui serangkaian langkah seperti bridging manual atau perpindahan aset antar platform.
Cross-Chain Swap menawarkan pendekatan yang lebih terdesentralisasi dan sederhana untuk pengguna aktif di berbagai blockchain. Baik bridge maupun cross-chain swap tetap memerlukan biaya untuk menjalankan transaksinya. Biaya ini biasanya dibayarkan dalam bentuk native token dari jaringan asal. Sebagai contoh, jika pengguna ingin melakukan cross-chain swap ETH di Arbitrum ke OP di Optimism, maka pengguna perlu memiliki ETH di Arbitrum untuk membayar biaya transaksi tersebut.
Cara Kerja Cross-Chain Swap
Cross-chain swap secara teknis melibatkan proses kompleks di balik interface yang tampak sederhana. Secara umum, pengguna perlu memiliki native token di jaringan asal, lalu memilih aset yang ingin diterima di jaringan tujuan.
Setelah pengguna melakukan interaksi melalui platform cross-chain swap, smart contract akan mengunci atau membakar token di jaringan asal. Lalu, platform akan mencetak aset hasil swap di jaringan tujuan.
Seluruh proses cross-chain swap biasanya dijalankan secara otomatis melalui integrasi bridge dan DEX lintas jaringan. Pilihan aset yang tersedia bergantung pada likuiditas yang tersedia di DEX serta dukungan token dari protokol yang digunakan. Mekanisme routing akan menentukan jalur terbaik untuk mengeksekusi swap lintas chain secara efisien.
Perbedaan Bridge dan Cross-Chain Swap
Bridge dan cross-chain swap sekilas tampak serupa karena keduanya memungkinkan interaksi lintas jaringan blockchain. Namun, keduanya memiliki perbedaan mendasar dalam tujuan, mekanisme, kelebihan, dan kekurangan. Perbandingan lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Aspek | Bridge | Cross-Chain Swap |
Tujuan | Memindahkan aset dari satu jaringan ke jaringan lain | Menukar aset dari satu jaringan ke jaringan lain |
Jenis Aset | Umumnya aset yang sama (misalnya ETH jaringan ETH > WETH jaringan lain) | Aset berbeda (misalnya USDC di Ethereum > BNB di BSC, meskipun cross-chain swap bisa menukar aset yang sama juga) |
Mekanisme | Smart contract bridge (Umumnya menggunakan mekanisme lock-and-mint) | Kombinasi bridge + DEX lintas jaringan (routing) |
Alur Pengguna | Pengguna harus melalui beberapa langkah: bridge dulu, lalu swap manual | Proses swap berlangsung dalam satu langkah, cukup pilih aset dan jaringan tujuan |
Kelebihan | Tidak memerlukan likuiditas (model bridge lock-and-mint) | Banyak pilihan aset yang bisa ditukar tergantung ketersediaan likuiditas |
Kekurangan | Keterbatasan aset (beberapa layanan bridge dengan model lock-and-mint hanya mendukung aset-aset tertentu) dan risiko keamanan (sudah terjadi beberapa kasus peretasan bridge) | Bisa terkena slippage tinggi jika likuiditas aset yang ingin ditukar rendah |
Pengalaman Pribadi Menggunakan Bridge dan Cross-Chain Swap
Sebagai seorang yang aktif dan antusias dalam menjelajahi ekosistem Web3, saya telah mencoba berbagai platform bridge dan cross-chain swap untuk kebutuhan seperti airdrop farming, DeFi, GameFi, hingga membeli token yang belum terdaftar di CEX.
Beberapa platform yang saya gunakan antara lain Wormhole, deBridge, dan Orbit Finance. Dari ketiganya, Wormhole berfokus pada layanan bridge, sementara deBridge dan Orbit Finance menyediakan fitur cross-chain swap. Menurut saya, ketiga platform ini sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan saya dalam menjelajahi lintas ekosistem blockchain.
1. Pengalaman Menggunakan Wormhole (Bridge)
Untuk kebutuhan bridging aset native seperti SOL, ETH, SUI, dan HYPE, saya lebih memilih menggunakan Wormhole. Alasannya sederhana: proses transaksinya sangat cepat. Semua transaksi yang saya lakukan sejauh ini selesai dalam waktu kurang dari satu menit.
Namun, ada satu kekurangan penting saat menggunakan bridge seperti Wormhole. Kamu tetap perlu memiliki native token di jaringan tujuan untuk membayar biaya transaksi.
Sebagai contoh, ketika saya melakukan bridge dari SOL (di jaringan Solana) ke WSOL (di jaringan Ethereum), saya tetap harus memiliki ETH terlebih dahulu agar bisa melakukan interaksi di jaringan Ethereum. Bagi sebagian orang, hal ini bisa menjadi hambatan tambahan.
2. Pengalaman Menggunakan deBridge dan Orbit Finance (Cross-Chain Swap)
Masalah tersebut bisa diatasi dengan adanya cross-chain swap, seperti yang disediakan oleh deBridge dan Orbit Finance. Dari sisi dukungan jaringan dan kemudahan penggunaan, saya pribadi lebih menyukai deBridge. Melalui deBridge, saya bisa langsung melakukan swap lintas chain, bahkan langsung menuju native token di jaringan tujuan sekaligus dapat digunakan untuk membayar biaya transaksi, jadi lebih efisien.
Biasanya, saya menggunakan deBridge untuk membeli token yang saya minati. Cukup dengan menyalin & menempelkan contract address token tersebut dan menyetujui transaksi. Jika token yang saya incar tidak tersedia langsung di deBridge, saya akan swap terlebih dahulu ke native token jaringan tujuan, lalu membelinya melalui DEX di jaringan tersebut.
Ringkasan Pengalaman Pribadi
Secara keseluruhan, cross-chain swap terasa jauh lebih praktis dibandingkan hanya sekadar bridging native token. Meski dari pengalaman saya biaya bridge biasanya sedikit lebih murah, hal ini cukup wajar karena cross-chain swap umumnya menggunakan sistem routing yang lebih kompleks untuk menemukan jalur dan harga terbaik dari aset yang ingin ditukar.
Jika hanya menggunakan bridge, saya tetap harus menyiapkan native token di masing-masing jaringan untuk membayar biaya transaksi dan itu bisa jadi kurang efisien jika saya belum memiliki tokennya. Dengan cross-chain swap, proses tersebut jadi lebih ringkas, apalagi untuk kebutuhan lintas ekosistem yang dinamis.
Cara Menggunakan Cross-Chain Swap Di Pintu Web3 Wallet
Pintu Web3 Wallet kini menyediakan fitur cross-chain swap yang memudahkan pengguna menukar aset lintas jaringan blockchain langsung di dalam aplikasi. Dengan fitur ini, proses pertukaran aset menjadi lebih praktis karena dapat dilakukan tanpa berpindah ke platform lain.
Berikut langkah-langkah menggunakan cross-chain swap di Pintu Web3 Wallet.
1. Buka aplikasi Pintu dan pilih “Web3”.

2. Pilih “Swap” di bagian bawah. Pada contoh ini, saya memiliki aset ETH di jaringan Arbitrum dan akan menukarnya ke token jaringan lain.

3. Pilih jaringan tujuan, cari aset yang ingin ditukar dengan menempelkan contract address atau memilihnya dari daftar token di Pintu Web3 Wallet.

4. Setelah itu, klik token yang dipilih dan atur toleransi slippage sesuai kebutuhan.

5. Atur jumlah aset yang ingin ditukar, lalu klik “Lanjutkan”.

6. Di bagian ini, kamu dapat melihat jaringan, nilai tukar, slippage, kecepatan transaksi, dan biaya. Pilih kecepatan transaksi, lalu klik “Konfirmasi” jika semuanya sudah sesuai.

7. Setelah transaksi selesai, token yang ditukar akan muncul di menu “Wallet”.

8. Detail transaksi dapat dilihat di menu “Riwayat”.

Disclaimer: Semua artikel dari Pintu Academy ditujukan untuk tujuan edukasi dan bukan merupakan nasihat keuangan.
Kesimpulan
Bridge dan cross-chain swap sama-sama memberikan kemudahan bagi pengguna untuk berinteraksi lintas jaringan blockchain. Namun, masing-masing memiliki keunggulan tergantung pada konteks penggunaannya. Bridge lebih ideal ketika pengguna ingin memindahkan aset antar jaringan tanpa mengubahnya menjadi aset lain.
Sementara itu, cross-chain swap menawarkan kepraktisan lebih karena memungkinkan pertukaran aset, baik itu token non-native maupun langsung ke native token di jaringan tujuan untuk kebutuhan transaksi lanjutan. Dengan memahami perbedaan dan kelebihan keduanya, pengguna dapat memilih solusi yang paling sesuai untuk mendukung aktivitas eksplorasi di ekosistem Web3 yang terus berkembang.
Referensi
- “What Is a Cross-Chain Bridge?”, Chainlink, diakses pada 7 Agustus, 2025.
- “What Are Cross-Chain Swap?”, Chainlink, diakses pada 7 Agustus, 2025.
- CHAINALYSIS TEAM “Introduction to Cross-Chain Bridges”, Chainalysis, diakses pada 7 Agustus, 2025.
- “Cross-Chain”, Coinmarketcap, diakses pada 7 Agustus, 2025.