Kategori
Menengah

Aave 2.0: Fitur, Potensi, dan Update

Reading Time: 7 minutes

Decentralized Finance (DeFi) adalah salah satu sektor paling aktif di industri crypto dan kian dikenal, terutama sejak masuknya institusi dan kemudahan akses ke layanan keuangan global yanng menndorong adopsi lebih luas. Kini, siapa saja bisa mendapatkan passive income melalui berbagai protokol yang tersedia, salah satunya Aave. Dalam artikel ini, kita akan membahas Aave secara menyeluruh mulai dari pengertian, data dan metrik, hingga katalis pertumbuhan dan potensi jangka panjangnya.

Ringkasan Artikel

🔎 Apa itu Aave: Protokol DeFi untuk meminjam, meminjamkan, dan mendapatkan bunga dari aset crypto.

⚙️ Fitur & Katalis: Aave V3 hadir dengan fitur seperti Isolation Mode, Siloed Borrowing, dan E-Mode. Pendapatan kumulatif tembus $173 juta, ditopang buyback token dan pertumbuhan lintas-chain.

🚀 Potensi ke Depan: Aave 2030 dan Aave V4 membawa visi modular, efisien, dan terintegrasi dengan stablecoin GHO serta Real World Assets.

Apa itu Aave 2.0?

Sumber gambar: aave.com/brand

Aave 2.0 adalah protokol DeFi yang kini telah memasuki iterasi ketiganya. Protokol ini memungkinkan pengguna untuk meminjam, meminjamkan, dan mendapatkan bunga dari aset crypto, sekaligus berpartisipasi sebagai penyedia likuiditas. Aave awalnya dibangun di jaringan Ethereum, namun kini telah berkembang ke berbagai jaringan lainnya.

Saat ini, Aave sudah mendukung sekitar 17 jaringan blockchain, termasuk Base, Arbitrum, Optimism, dan lainnya. Hal ini membuka akses yang lebih luas bagi pengguna lintas ekosistem untuk menikmati layanan Aave.

Baca selengkapnya di artikel Apa itu Aave (AAVE)?

Pada versi terbarunya, Aave V3 memperkenalkan sejumlah fitur baru seperti Isolation Mode, Efficiency Mode, dan Siloed Borrowing, yang dirancang untuk meningkatkan efisiensi dan fleksibilitas protokol.

1. Isolation Mode

Isolation Mode adalah yang memungkinkan aset baru ditambahkan secara terbatas. Jika seorang peminjam menggunakan aset tersebut sebagai jaminan (collateral), mereka hanya bisa meminjam stablecoin tertentu yang telah disetujui oleh proses tata kelola (Governance*)* Aave. Selain itu, mereka tidak dapat menggunakan aset lain sebagai jaminan tambahan, meskipun tetap bisa menyetor aset lain untuk mendapatkan bunga.

2. Efficiency Mode (E-Mode)

Efficiency Mode (E-Mode) adalah sebuah mekanisme dalam Aave yang memungkinkan pengguna untuk meningkatkan efisiensi aset jaminannya. Ini cocok untuk beberapa aset yang harganya saling berkorelasi misalnya ETH dengan wstETH atau BTC dengan wBTC memungkinkan rasio pinjaman yang dapat digunakan oleh pengguna jauh lebih besar.

3. Siloed Borrowing

Siloed Borrowing adalah fitur Aave yang dirancang untuk membatasi risiko dari aset-aset yang tergolong sangat volatil atau memiliki likuiditas rendah. Jika pengguna menggunakan aset jenis ini sebagai jaminan, maka mereka hanya dapat meminjam stablecoin tertentu yang telah ditentukan oleh Governance, dengan batas pinjaman yang ketat.

Data dan Metrik Aave V3 Terkini

Sumber: Artemis

Berdasarkan data Artemis, Aave adalah protokol DeFi terbesar di sektor lending berdasarkan total lending deposit yang mencapai $55,7 milliar, menjadikannya pemimpin di kategori ini.

Hal ini karena Aave menawarkan banyak pilihan aset dengan tingkat bunga yang bervariasi. Selain itu, keunggulan lainnya adalah user interface yang ramah pengguna dan mudah dipahami, tanpa proses yang rumit untuk mulai menggunakan layanannya.

Sumber: dune.com/KARTOD

Data dari Dune menunjukkan bahwa jaringan Base menjadi kontributor terbesar dalam pertumbuhan pengguna Aave V3 secara cross-chain, dengan lebih dari 515 ribu pengguna hingga akhir Juli 2025. Di posisi berikutnya ada Arbitrum dan Polygon yang masing-masing menyumbang 340 ribu dan 260 ribu pengguna.

Ini mengindikasikan bahwa adopsi Aave tidak lagi didominasi oleh Ethereum saja, melainkan mulai bergeser ke jaringan Layer-2 yang menawarkan biaya transaksi lebih murah dan pengalaman pengguna yang lebih cepat. Pertumbuhan ini mencerminkan bagaimana strategi multichain Aave berhasil menjangkau pengguna baru di berbagai ekosistem blockchain.

Sumber: X/@tokenterminal

Data dari Token Terminal per 16 Juli 2025 menunjukkan bahwa Aave sempat menduduki posisi kedua sebagai protokol DeFi terbesar di Ethereum berdasarkan Total Value Locked (TVL), berada tepat di bawah Tether dan berhasil menyalip Circle dalam sepekan terakhir. Pencapaian ini memperkuat reputasi Aave sebagai protokol lending terdepan yang konsisten mencatat pertumbuhan pada jumlah aset yang didepositkan pengguna. Meski sektor DeFi kerap mengalami fluktuasi, kenaikan TVL Aave mencerminkan kepercayaan yang semakin kuat terhadap layanan dan keamanan protokol ini dalam jangka panjang.

Aave vs Bank

Sumber: X/@0xKolten

Dalam skala institusional, Aave kini mencatatkan diri sebagai salah satu protokol DeFi yang berhasil melampaui beberapa bank di Amerika Serikat dalam hal total deposit, dengan nilai mencapai $56,7 miliar. Posisi ini menempatkan Aave di peringkat ke-42, mengungguli institusi perbankan konvensional seperti Pinnacle dan Old National Bank. Lonjakan ini mencerminkan adopsi yang semakin luas terhadap protokol DeFi, sekaligus menandai pergeseran kepercayaan publik dari sistem keuangan tradisional menuju layanan keuangan berbasis blockchain yang lebih terbuka, efisien, dan terdesentralisasi.

Stablecoin Aave

GHO adalah stablecoin native milik Aave yang nilainya dipatok terhadap dolar AS. Untuk mendapatkan GHO, pengguna dapat mencetaknya dengan menjaminkan aset crypto tertentu di dalam protokol. Selain itu, GHO yang di-staking dapat menghasilkan bunga hingga 9%, menjadikannya salah satu opsi menarik untuk mendapatkan pasif income di ekosistem Aave.

Sumber: aave.com/docs

Aave Governance memiliki wewenang untuk mencetak (mint) dan membakar (burn) token GHO melalui smart contract, dengan batasan yang telah ditentukan melalui Governance agar supply dari GHO tetap terkontrol. Dalam hal ini, Aave V3 Market, Flash Mint, GHO Stability Module, dan Cross-chain berfungsi sebagai facilitators, yakni kontrak pintar yang disetujui oleh governance untuk menjalankan fungsi tersebut.

Katalis Pertumbuhan Aave

Sumber: tokenlogic.xyz

Salah satu katalis utama pertumbuhan Aave adalah performa pendapatannya yang terus meningkat secara konsisten. Berdasarkan data dari TokenLogic per 1 Agustus 2025, Aave mencatatkan total pendapatan kumulatif sebesar $173,7 juta. Angka ini menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Dalam dua tahun terakhir, revenue mulai mengalami akselerasi tajam sejak awal 2024.

Dari total pendapatan tersebut, Ethereum menyumbang porsi terbesar, yakni sekitar $142,7 juta. Ini memperkuat posisi Ethereum, bukan hanya sebagai jaringan pertama Aave, tetapi juga sebagai pusat likuiditas utama dari seluruh jaringan yang didukung Aave. Di luar Ethereum, posisi kedua ditempati oleh Polygon dengan kontribusi sebesar $11,1 juta. Disusul oleh Avalanche ($8,2 juta), Arbitrum ($7,1 juta), dan Optimism ($2,7 juta).

Secara keseluruhan, pertumbuhan revenue ini menjadi bukti bahwa Aave tetap menjadi salah satu protokol DeFi paling produktif dari sisi ekonomi. Dengan semakin luasnya dukungan cross-chain dan berbagai inovasi seperti GHO dan Aave Arc, potensi pendapatan Aave di masa mendatang masih sangat terbuka lebar.

Sumber: tokenlogic.xyz

Salah satu hal menarik dari perkembangan Aave di tahun 2025 adalah skema buyback token Aave. Pembelian ini dilakukan secara rutin oleh protokol. Berdasarkan data dari TokenLogic, hingga 1 Agustus 2025, total token Aave yang dibeli kembali mencapai lebih dari 68.000 Aave. Rata-rata pembelian hariannya juga konsisten dan stabil dalam beberapa bulan terakhir.

Periode April hingga awal Agustus menunjukkan tren akumulasi yang konsisten. Di bulan April dan Mei, volume pembelian harian cukup tinggi. Angkanya stabil di kisaran 500 hingga 1.000 Aave per hari. Memasuki Juni dan Juli, buyback masih terus berlanjut meskipun volume sedikit berfluktuasi. Ini menjadi sinyal kuat bahwa protokol tetap berkomitmen menjaga nilai token dan stabilitas ekonominya.

Menariknya, skema buyback ini tidak bersifat permanen. Sebagai protokol yang sepenuhnya dikelola komunitas, Aave memberikan wewenang kepada pemegang token untuk menentukan arah kebijakan melalui mekanisme governance voting. Artinya, struktur dan tujuan buyback ini bisa kapan saja disesuaikan, dihentikan, atau dialihkan tergantung pada hasil pemungutan suara komunitas. Hal ini menjadi bukti nyata bahwa Aave bukan hanya protokol yang transparan, tetapi juga fleksibel dalam mengelola ekonominya secara kolektif.

Potensi Masa Depan Aave

Sumber: governance.aave.com

Salah satu potensi jangka panjang terbesar dari Aave ada pada roadmap “Aave 2030” yang baru-baru ini diajukan melalui forum governance resmi mereka. Proposal ini berisi rencana strategis untuk membangun Aave menjadi protokol pinjam-meminjam paling modular, scalable, dan terintegrasi di dunia DeFi. Salah satu inti dari roadmap ini adalah peluncuran Aave V4, versi terbaru dari protokol yang membawa sejumlah peningkatan besar dibanding V3.

Aave V4 dirancang untuk menghadirkan Unified Liquidity Layer lintas-chain, yang memungkinkan integrasi dan pemindahan likuiditas secara efisien di berbagai blockchain.

V4 juga akan menyederhanakan infrastruktur bunga, mengoptimalkan efisiensi, memperkuat integrasi stablecoin GHO, dan membuka ruang untuk aset dunia nyata (Real World Assets) melalui kerja sama dengan Chainlink. Semuanya dibangun di atas arsitektur modular yang mempermudah pengembangan berkelanjutan.

Dengan pendekatan yang ambisius dan forward-thinking seperti ini, Aave bukan hanya memperkuat posisinya sebagai pemimpin di sektor DeFi, tetapi juga menyiapkan pondasi untuk bisa bertahan dan tumbuh dalam jangka panjang di tengah kompetisi yang makin ketat.

dengan meningkatnya perhatian regulator di Amerika Serikat terhadap sektor DeFi, serta tumbuhnya minat institusi terhadap protokol berbasis Ethereum, Aave berada dalam posisi strategis yang berpotensi untuk menerima masuknya likuiditas baru.

Sebagai protokol lending terbesar di ekosistem ini, Aave tidak hanya memiliki rekam jejak yang kuat, tetapi juga telah mempersiapkan diri melalui inisiatif seperti Aave Arc, sebuah solusi terdesentralisasi yang dirancang khusus untuk memenuhi standar kepatuhan innstitusional.

Kesimpulan

Dengan berbagai pencapaian dan inovasi yang terus berkembang, Aave membuktikan dirinya bukan hanya pelopor di sektor DeFi. Aave juga mampu beradaptasi dan tumbuh seiring perubahan ekosistem. Mulai dari fitur-fitur baru di Aave V3, peluncuran stablecoin GHO, hingga skema buyback yang dikelola secara desentralistik, semua ini menunjukkan komitmen Aave dalam menjaga relevansi dan memberi nilai lebih bagi penggunanya.

Ke depan, roadmap Aave 2030 dan peluncuran Aave V4 adalah langkah besar untuk memperkuat posisi Aave. Protokol ini ingin menjadi infrastruktur keuangan digital yang fleksibel, modular, dan berkelanjutan. Aave memiliki peluang besar untuk terus menjadi bagian penting dalam masa depan keuangan berbasis blockchain.

Disclaimer: Semua artikel dari Pintu Academy ditujukan untuk tujuan edukasi dan bukan merupakan nasihat keuangan.

Referensi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *