Kategori
Analisis Pasar Investasi Trading Pemula

Empat Jenis Analisis Stablecoin yang Wajib Diketahui

Reading Time: 5 minutes

Keberadaan stablecoin dalam industri crypto tak sebatas menjadi alat tukar untuk membeli aset melalui bursa pertukaran. Namun, stablecoin juga bisa menjadi indikator yang membantu investor dalam melakukan analisis on-chain. Lalu apa saja indikator stablecoin yang bisa dijadikan alat analisis? Cari tahu selengkapnya di artikel berikut.

Ringkasan Artikel

  • 💸 Analisis stablecoin merupakan sebuah metode analisis yang kerap digunakan di kalangan pelaku crypto untuk mengidentifikasi pergerakan tren pasar ataupun aset crypto tertentu
  • 🔭 Lewat analisis stablecoin, investor bisa mengidentifikasi permintaan terhadap aset crypto, sentimen yang ada di pasar, hingga peluang untuk berinvestasi.
  • 🌟 Beberapa jenis indikator analisis stablecoin yang populer adalah stablecoin supply, stablecoin supply ratio, stablecoin dominance, dan stablecoin exchange netflow.

Apa itu Analisis Stablecoin?

Analisis stablecoin merupakan sebuah metode analisis yang kerap digunakan di kalangan pelaku crypto untuk mengidentifikasi pergerakan tren pasar ataupun aset cyrpto tertentu. Adapun, stablecoin adalah jenis aset digital yang dirancang untuk mempertahankan nilai yang stabil atau 1:1, dapat dipatok ke aset kripto atau uang fiat.

Stablecoin juga bisa dianggap sebagai aliran dana yang mendukung pertumbuhan pasar crypto. Pasalnya, stablecoin digunakan para investor untuk masuk ke pasar crypto dan melakukan pembelian beragam aset crypto. Oleh karena itu, dengan menganalisis beragam data stablecoin, investor dapat mendapatkan informasi terkait arah pergerakan pasar.

Mengapa Analisis Stablecoin Digunakan?

Analis stablecoin bisa menjadi metrik yang berguna dalam menganalisis potensi pergerakan arah pasar. Berikut ini adalah beberapa kegunaannya:

  • Mengidentifikasi permintaan terhadap aset crypto. Ketika stablecoin mulai masuk ke bursa pertukaran, ini menandakan investor tengah hendak membeli aset crypto. Jika yang terjadi sebaliknya, maka menandakan investor hendak menjual asetnya.
  • Mengidentifikasi sentimen yang ada di pasar. Ketika stablecoin mencatatkan netflow, maka ini menandakan pelaku pasar bullish terhadap arah pasar crypto ke depan. Namun jika stablecoin mencatkan outflow, ini menandakan pelaku pasar bearish terhadap arah pasar crytpo ke depan.
  • Mengidentifikasi peluang untuk berinvestasi. Dengan melacak aliran stablecoin apakah berpindah atau keluar dari aset crypto tertentu, investor dapat mengidentifikasi aset crypto mana yang punya permintaan paling banyak dan mana yang mungkin undervalued.

Kamu bisa mempelajari lebih lanjut mengenai stablecoin beserta jenis-jenisnya melalui artikel berikut.

Jenis-Jenis Indikator Analisis Stablecoin

Dalam melakukan analisis stablecoin, terdapat beragam indikator yang bisa digunakan oleh para investor. Berikut ini adalah beberapa indikator analisis stablecoin yang kerap digunakan:

1. Stablecoin Supply

Stablecoin supply merupakan indikator yang mengukur jumlah keseluruhan stablecoin yang ada di sirkulasi. Stablecoin supply menjadi indikator penting karena dapat memperlihatkan kondisi likuiditas di pasar crypto.

Jumlah stablecoin supply per 1 Maret 2023 mencapai US$ 129,13 miliar.
Jumlah stablecoin supply per 1 Maret 2023 mencapai US$ 129,13 miliar. Sumber: Glassnode

Ketika stablecoin supply mengalami kenaikan, artinya likuiditas di pasar crypto juga mengalami kenaikan. Hal ini bisa menjadi pertanda bagus karena artinya perdagangan menjadi lebih mudah diakses, potensi adopsi yang lebih tinggi, serta meningkatkan stabilitas pasar dan efisiensi ekosistem crypto secara menyeluruh. Meningkatnya stablecoin supply juga mengindikasikan investor tengah bersiap untuk membeli aset crypto, yang dapat berujung pada tren bullish.

2. Stablecoin Supply Ratio

Stablecoin Supply Ratio (SSR) merupakan metrik yang digunakan untuk mengukur kekuatan beli BTC terhadap stablecoin. SSR didapat dari rasio perbandingan antara kapitalisasi pasar BTC dengan kapitalisasi pasar seluruh stablecoin dalam denominasi BTC. Nilai dari indikator SSR dapat diinterpretasikan sebagai jumlah dari pasokan BTC yang bisa dibeli dengan pasokan stablecoin yang ada.

Chart Stablecoin Supply Ratio

SSR yang rendah mengindikasikan likuiditas stablecoin yang ada jauh lebih tinggi dibanding aset crypto, dalam hal ini BTC. Hal tersebut bisa dilihat sebagai indikator yang positif karena memperlihatkan adanya daya beli yang tersedia untuk mendukung kenaikan harga sebuah aset crypto.

Sebaliknya, SSR yang tinggi mengindikasikan adanya likuiditas stablecoin yang lebih rendah dibanding BTC. Artinya, daya beli yang memungkinkan untuk menjaga harga aset crypto juga menjadi lebih rendah. Dus, hal ini membuat harga crypto lebih volatile dan rentan terkoreksi, menjadikannya indikator yang negatif.

Risiko stablecoin adalah mengalami depeg. Pelajari soal depeg dan dampaknya melalui artikel berikut.

3. Stablecoin Dominance

Stablecoin dominance adalah indikator yang merujuk pada perbandingan antara kapitalisasi pasar stablecoin dengan kapitalisasi aset crypto lainnya. Kenaikan stablecoin dominance diartikan sebagai sentimen risk-off, alias investor menghindari risiko. Dengan demikian, investor beralih dari aset crypto yang fluktuatif ke stablecoin yang dianggap lebih stabil nilainya. Stablecoin dominance yang tinggi menunjukkan pasar yang sedang bearish.

Sebaliknya, penurunan stablecoin dominance diartikan sebagai sentimen risk-on, investor tengah memburu aset yang berisiko dan lebih fluktuatif. Dengan demikian, mereka menjual aset stablecoin untuk kemudian membeli aset crypto seperti Bitcoin atau altcoin. Stablecoin dominance yang rendah mengindikasikan sentimen pasar sedang bullish.

Chart USDT Dominance
Sumber: Trading View

Chart di atas merupakan USDT Dominance, stablecoin dengan kapitalisasi terbesar saat ini. Terlihat pada periode Bitcoin bull run (Sept 2020 – Mei 2021), stablecoin dominance mengalami penurunan. Ini memperlihatkan investor menjual stablecoin mereka untuk memburu BTC maupun Altcoin. Sementara pada periode Bitcoin bear run (Nov 21 – Jun 22), stablecoin dominance mengalami kenaikan. Artinya, di saat BTC dan Altcoin mengalami koreksi, investor beralih memegang stablecoin terlebih dahulu.

4. Stablecoin Exchanges Netflow

Salah satu analis stablecoin yang kerap digunakan adalah stablecoin exchange netflow. Indikator tersebut memperlihatkan apakah aliran stablecoin masuk (inflow) atau keluar (outflow) dari bursa pertukaran crypto. Stablecoin exchange netflow ini digunakan untuk melacak aktivitas pembelian atau penjualan dari para investor, sekaligus keseluruhan permintaan terhadap aset crypto.

Stablecoin exchanges netflow memperlihatkan outflow lebih dominan sepanjang tahun ini.
Stablecoin exchanges netflow memperlihatkan outflow lebih dominan sepanjang tahun ini. Sumber: CryptoQuant.

Ketika stablecoin exchange netflow menunjukkan inflow, ini mengindikasikan pelaku pasar hendak melakukan pembelian aset crypto. Hal tersebut bisa diartikan bahwa pasar akan atau sedang memasuki fase bullish. Pasalnya, dengan tingginya permintaan diekspektasikan harga aset crypto akan mengalami kenaikan.

Namun, jika yang terjadi adalah outflow, ini menunjukkan pelaku pasar tengah menjual aset crypto mereka. Tak pelak, kondisi ini memberikan sinyal bahwa pasar tengah atau akan memasuki fase bearish. Lemahnya permintaan terhadap aset crypto dapat berujung pada terkoreksinya harga aset crypto.

Indikator lain yang kerap digunakan adalah indikator exchange reserve. Sebenarnya ia merupukan akumulasi dari stablecoin exchange inflow atau outflow. Tak pelak, cara membacanya menjadi serupa, tren kenaikan pada netflow mengindikasikan tekanan jual. Begitupun sebaliknya.

Selain analisis stablecoin, pelajari juga indikator lainnya yang kerap digunakan dalam analisis on-chain melalui artikel berikut.

Kesimpulan

Sebagai alat bantu, analisis stablecoin dapat membantu para investor dalam memahami dinamika yang terjadi di pasar crypto. Melalui indikator seperti stablecoin dominance, stablecoin exchange netflow, SSR, serta stablecoin exchange reserves, investor bisa mendapatkan insight mengenai tren arah pasar, permintaan terhadap aset crypto, hingga mengindentifikasi peluang investasi. Lewat analisis stablecoin, investor dapat mengambil keputusan investasi yang lebih baik.

Namun, analisis stablecoin tetap memiliki kelemahan. Layaknya indikator lainnya, ia tidak selalu bisa diandalkan keakuratannya. Tak hanya itu, indikator stablecoin juga tidak bisa dijadikan sebagai satu-satunya indikator. Investor tetap perlu mengombinasikannya dengan berbagai indikator lain agar mendapatkan hasil yang lebih optimal.

Beli Aset Crypto di Pintu

Tertarik berinvestasi pada aset crypto? Tenang saja, kamu bisa membeli berbagai aset crypto seperti BTC, ETH, SOL, dan yang lainnya tanpa harus khawatir adanya penipuan melalui Pintu. Selain itu, semua aset crypto yang ada di Pintu sudah melewati proses penilaian yang ketat dan mengedepankan prinsip kehati-hatian.

Aplikasi Pintu juga kompatibel dengan berbagai macam dompet digital populer seperti Metamask untuk memudahkan transaksimu. Ayo download aplikasi Pintu di Play Store dan App Store! Keamananmu terjamin karena Pintu diregulasi dan diawasi oleh Bappebti dan Kominfo.

Selain melakukan transaksi, di aplikasi Pintu, kamu juga bisa belajar crypto lebih lanjut melalui berbagai artikel Pintu Academy yang diperbarui setiap minggunya! Semua artikel Pintu Akademi dibuat untuk tujuan edukasi dan pengetahuan, bukan sebagai saran finansial.

Referensi

Rafael Schultze-Kraft, Stablecoins’ Buying Power over Bitcoin, Glassnode, diakses pada 29 Maret 2023.

Crypto Quant, Exchange In/Outflow & Netflow, diakses pada 29 Maret 2023.

Sebastian Sinclair, Stablecoin Dominance At 9-Month Low After SEC Targets Binance Dollar, Blockworks, diakses pada 29 Maret 2023.

Glenn Williams, Crypto Markets Analysis: Stablecoins Trend Lower Despite Bitcoin’s Recent Performance, CoinDesk, diakses pada 30 Maret 2023.

Josh O’Sullivan, Analysis of on-chain stablecoin data reveals decline in USDT dominance, CryptoSlate, diakses pada 30 Maret 2023.

Glenn Williams, Short-Term BTC Holders, Stablecoin Supplies Could Indicate Cryptos’ Future Price Direction, CoinDesk, diakses pada 30 Maret 2023.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *