Kategori
Teknologi Kripto Pemula

Apa Itu Blockchain & Bagaimana Cara Kerjanya?

Reading Time: 7 minutes

Jika kita bicara soal crypto dan Bitcoin, tidak bisa lepas dari teknologi di baliknya, yaitu blockchainBlockchain pada dasarnya adalah teknologi yang menjamin keamanan transaksi mata uang crypto dan disebut sebagai inovasi yang akan mengubah industri keuangan. Dengan adanya teknologi blockchain, untuk pertama kalinya kita bisa memiliki aset berharga yang sepenuhnya ada di internet, tanpa bentuk fisik. Pada artikel ini, kita akan membahas bagaimana cara blockchain bekerja, mengapa ia penting, dan apa saja jenisnya.

Ringkasan Artikel

  • ⛓️ Blockchain pada dasarnya adalah sebuah buku kas digital yang aman dan dapat dipercaya, karena memiliki 4 karakteristik utama: terdesentralisasi, konsensus, immutable atau tidak dapat diubah, dan transparan.
  • 💻 Buku kas ini terdiri dari kumpulan blok-blok yang berisi data transaksi, yang saling terkait satu sama lain dan membentuk rantai. Oleh karenanya teknologi ini disebut dengan blockchain.
  • 🔎 Blockchain dibagi menjadi dua tipe yaitu public dan private blockchain. Public blockchain bersifat terbuka, bebas digunakan, dan didesain untuk memproses ribuan transaksi. Sementara itu, private blockchain merupakan jaringan terbatas yang memerlukan izin, penggunaannya terbatas, dan biasanya tersentralisasi.

Apa Itu Blockchain?

Blockchain adalah buku kas digital dengan basis data yang terdistribusi ke banyak komputer dalam satu jaringan. Yang membedakan blockchain dengan buku kas atau database lainnya adalah struktur datanya. Hal ini karena blockchain mengumpulkan data-data transaksi ke dalam satu blok dengan kapasitas yang terbatas.

Setiap blok dapat menyimpan data dalam beberapa MB. Tergantung ukuran data transaksinya, sebuah blok tunggal dapat menyimpan ribuan data transaksi keuangan.

Setiap blok yang sudah diverifikasi akan memiliki kode berupa angka dan huruf yang tidak beraturan, yang disebut dengan hash. Kode atau hash ini diproses dari data yang ada di dalam blok dan juga hash dari blok sebelumnya, sehingga blok-blok ini saling terhubung membentuk rantai berkelanjutan. Sehingga, kalau data yang ada di dalam blok berubah, otomatis hash akan berubah. Kalau hash pada satu blok berubah, maka hash pada blok berikutnya pun akan ikut berubah.

proses hashing blockchain
Contoh proses hashing dari data transaksi. Sumber: Coin Telegraph

Data dalam blok yang sudah terhubung dalam rantai tidak bisa diubah karena kamu harus mengubah semua blok sebelumnya. Hal inilah yang membuat sistem blockchain begitu aman.

Baca juga: Apa itu Hashing dan Bagaimana Cara Kerjanya?

Sejarah Blockchain

Blockchain saat ini selalu diasosiasikan dengan crypto, walau sebenernya teknologi ini udah dikembangkan jauh sebelum Bitcoin ada. Adalah dua orang ilmuwan yang bernama Stuart Haber dan Scott Stornetta yang menciptakan konsep blockchain pada awal tahun 1990-an.

Teknologi ini kemudian menjadi fondasi Bitcoin yang diciptakan oleh Satoshi Nakamoto pada tahun 2009. Nakamoto membuat konsep blockchain Bitcoin pertama kali pada tahun 2008 dan merilis whitepaper pertama tentang teknologi ini pada tahun 2009. Dalam whitepaper tersebut, Nakamoto mengutip tiga hasil riset kriptografer Haber dan Stornetta, dan menjelaskan tentang bagaimana teknologi ini dapat meningkatkan keamanan pengiriman mata uang digital melalui sistem desentralisasinya.

Lalu, Bagaimana Cara Kerja Blockchain?

Blok pertama dalam sebuah blockchain disebut sebagai genesis block. Setiap blok baru akan ditambahkan ke ujung rantai. Lalu, blok setelahnya akan memiliki data tentang susunan semua blok sebelumnya untuk menjaga keutuhan rantai blockchain.

Algoritma akan melakukan verifikasi terhadap setiap blok sebelum ditambahkan ke dalam rantai. Metode verifikasi setiap blockchain bisa saja berbeda tergantung mekanisme konsensus yang diterapkan. Mekanisme konsensus ini berfungsi untuk mengecek bahwa setiap data benar, akurat, dan aman. Dalam kasus Bitcoin, setiap penambang perlu memecahkan sebuah teka-teki kriptografi rumit untuk menambahkan blok ke dalam blockchain Bitcoin.

Baca juga: Apa itu Bitcoin?

Proses menambahkan blok ke dalam jaringan Bitcoin mengharuskan penambang menggunakan program khusus untuk mencari kombinasi hash-nonce yang tepat dan dapat diterima sistem. Program ini perlu memilih satu dari maksimal 4 miliar kombinasi hash-nonce untuk menghasilkan sebuah kode unik yang hanya digunakan oleh satu blok

Begitu transaksi kita terverifikasi, datanya akan disimpan dalam sebuah blok, bersama ribuan transaksi yang lain. Data ini berisi nominal transaksi, digital signature kita dan pihak yang berhubungan. Urutan transaksi yang disimpan tetap terjaga, artinya transaksi yang paling awal akan selalu disimpan di paling depan dan sebaliknya.

Akhirnya setelah semua transaksi dalam blok tersebut terverifikasi, algoritma blockchain membentuk sebuah hash berdasarkan transaksi di dalamnya. Blok yang baru ini juga diberikan data hash blok sebelumnya. Inilah yang menghubungkan blok yang baru dengan rantai blockchain.

Saat sebuah blok baru tersebut ditambahkan ke dalam blockchain, blok tersebut menjadi publik dapat dilihat oleh siapapun, termasuk kita sendiri. Kita dapat melihat data blockchain publik seperti Bitcoin melalui blockchain.com atau ETH melalui Etherscan.io.

Terakhir, informasi tentang setiap blok dan rantai jaringan ini tidak disimpan dalam satu komputer tapi disebarkan pada semua penambang yang berperan sebagai (node). Sistem seperti ini juga disebut sebagai distributed ledger.

Kelemahan Blockchain

  • Membutuhkan energi besar: Teknologi blockchain membutuhkan energi listrik yang cukup besar. Energi ini dibutuhkan penambang sebagai node yang memproses penambahan blok ke dalam rantai blockchain. Bitcoin mengonsumsi sekitar 80 TwH per tahun (CCAF).
  • 🐌 Kepadatan jaringan: Kepadatan jaringan dalam sebuah blockchain dapat menyebabkan berbagai hal seperti biaya transaksi mahal, proses transaksi lambat, dan bahkan transaksi gagal. Blockchain generasi awal seperti Bitcoin dan Ethereum hanya dapat memproses sejumlah transaksi dalam satu waktu.
  • 🖥️ Skalabilitas: Salah satu hambatan paling besar terhadap penggunaan massal blockchain adalah skalabilitas. Teknologi blockchain sendiri masih dalam tahap perkembangan dan kita belum mengetahui apakah jaringannya dapat menahan beban saat digunakan oleh jutaan orang sekaligus dalam waktu bersamaan. Dalam hal ini, banyak teknologi blockchain baru berusaha memecahkan masalah skalabilitas dan kecepatan transaksi.

Keuntungan Blockchain

  • 🔐 Aman: Jaringan blockchain diamankan menggunakan teknologi kriptografi yang menjamin keamanannya dari berbagai macam serangan. Namun, terdapat titik kelemahan dalam berbagai teknologi yang dihubungkan ke jaringan blockchain seperti dompet digital, server penyimpanan data, situs web, dan platform aplikasi terdesentralisasi.
  • 🕵️ Anonimitas data transaksi: Blockchain menawarkan pseudonimity di mana data pribadi setiap transaksi disamarkan. Sistem seperti ini memberikan perlindungan terhadap data pribadi setiap pengguna dan tepat memberikan transparansi.
  • 🌏 Global: Aplikasi dan platform yang menggunakan sistem blockchain bersifat global dan tidak dibatasi oleh batasan negara atau wilayah. Pemindahan aset dan transaksi pada blockchain bisa dilakukan dari semua wilayah yang memiliki akses internet.
  • 🤝 Peer-to-peer (P2P): Semua transaksi pada sistem terdesentralisasi diproses secara peer-to-per (P2P) tanpa membutuhkan pihak ketiga.
  • ⚖️ Transparan: Semua data transaksi yang pernah terjadi pada sebuah blockchain publik dapat diakses secara mudah melalui berbagai situs seperti ETHscan. Data ini juga meliputi nomial, waktu, dan alamat tujuan transaksi.

Hubungan Blockchain dan Cryptocurrency

Kaitan antara teknologi blockchain dan cryptocurrency sangatlah kuat. Namun, sering ada kekeliruan bahwa blockchain adalah crypto dan sebaliknya. Bitcoin adalah upaya implementasi pertama teknologi blockchain. Sejak kesuksesan Bitcoin, teknologi blockchain mulai digunakan oleh banyak platform yang ingin memanfaatkan keuntungan blockchain untuk berbagai sektor lain. Pada dasarnya, blockchain merupakan fondasi yang di dapat digunakan untuk beragam fungsi.

Jadi, untuk menjelaskan kebingungan tentang perbedaan blockchain dan cryptocurrency, kita bisa melihat bahwa blockchain adalah teknologi yang memungkinkan terjadinya transaksi aset kripto. Cryptocurrency adalah aset digital yang dibangun di atas jaringan blockchain.

Baca juga: Apa itu cryptocurrency?

Karakteristik dari Blockchain

  • 🌐 Terdesentralisasi: Karakteristik utama dari jaringan blockchain adalah sistem terdesentralisasi kompleks yang bisa memfasilitasi penyimpanan data dan perpindahan aset.
  • ✏️ Open-source: Salah satu prinsip utama dari sistem terdesentralisasi adalah sifatnya yang open-source atau terbuka dan bisa digunakan siapa saja. Teknologi blockchain dapat dimodifikasi dan digunakan siapa pun. Ini lah kenapa sekarang kita melihat berbagai variasi blockchain yang menggunakan beragam sistem verifikasi.
  • 🛡️ Tahan terhadap perubahan data: Data pada blok yang sudah diverifikasi dan masuk ke rantai blockchain bersifat immutable atau tidak bisa diubah. Hal ini membuat jaringan blockchain sangat tahan terhadap manipulasi data.
  • 🔒 Dikunci menggunakan kriptografi: Terakhir, karakteristik utama dari semua jaringan blockchain adalah penggunaan kriptografi untuk keamanan. Kunci kriptografi ini adalah teknologi enkripsi kompleks yang sangat aman.

Apa Saja Tipe-Tipe Jaringan Blockchain?

Public BlockchainPrivate Blockchain
OtoritasTerdesentralisasiBisa terpusat
AksesTerbuka untuk publik, bisa diakses siapa sajaJaringan hanya terbuka untuk pihak tertentu
Transaksi per detikLebih sedikitLebih banyak
Token asliAdaTidak diperlukan
KecepatanLebih lambatLebih cepat
Konsumsi energiTinggiSedikit
RisikoRisiko penyerangan tinggiRisiko penyerangan lebih rendah

Public Blockchain

Public blockchain adalah tipe jaringan blockchain paling populer dan paling banyak digunakan. Ia adalah jaringan terbuka yang datanya dapat diakses siapa pun dan bebas digunakan. Blockchain jenis ini biasanya diamankan menggunakan metode konsensus proof-of-work (PoW) atau proof-of-stake (PoS). Selain itu, mayoritas public blockchain terdesentralisasi secara penuh dengan sejumlah node yang bertugas memproses transaksi.

Public blockchain biasanya membutuhkan energi listrik yang sangat besar karena ia harus mampu memproses ribuan transaksi setiap detiknya. Contoh public blockchain: Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH), dan Solana (SOL).

Baca juga: Apa itu proof-of-stake

Private Blockchain

Private blockchain adalah tipe jaringan blockchain terbatas yang dibuat oleh sebuah entitas. Jenis jaringan ini terbatas bagi mereka yang memiliki izin akses. Selain itu, private blockchain biasanya menggunakan sistem verifikasi yang tersentralisasi dan dikontrol oleh pembuat jaringan tersebut. Ia memiliki sistem tertutup yang biasanya didesain khusus untuk memenuhi tujuan tertentu. Private blockchain pada umumnya juga lebih cepat dan lebih stabil daripada public blockchain. Namun, sifatnya yang tersentralisasi membuatnya lebih rentan terhadap serangan pihak ketiga.

Terakhir, private blockchain biasanya harus memenuhi semua izin dari pemerintah dan instansi negara tertentu. Ia juga bisa dibuat khusus untuk perusahaan tertentu yang membutuhkan sistem blockchain. Contoh private blockchain adalah Ripple (XRP).

Mengapa Blockchain Penting untuk Diterapkan?

blockchain adalah
Berbagai industri yang mulai mengeksplorasi kegunaan teknologi blockchain.

Sistem jaringan blockchain sekarang mulai menjadi bagian penting untuk jutaan penggunanya di berbagai belahan dunia. Salah satu terobosan yang dibawa oleh blockchain adalah terciptanya ekosistem finansial alternatif yang terus berkembang dan dapat diakses oleh siapapun di belahan dunia manapun.

Berkembangnya teknologi smart contract yang dikenalkan oleh blockchain generasi kedua Ethereum, membuat blockchain semakin terintegrasi dengan kehidupan sehari-hari. Penggunaan teknologi smart contract paling banyak diterapkan dalam pembuatan decentralized finance (DeFi) yang membuat berbagai fasilitas keuangan tradisional seperti menabung, pinjaman, hingga asuransi menjadi serba terdesentralisasi.

Sistem desentralisasi membuat blockchain hampir mustahil untuk dimanipulasi karena semua datanya bersifat permanen. Seorang peretas harus mengubah informasi di setiap salinan blockchain yang dipegang semua node untuk menjebol jaringan. Lagipula, pihak ketiga atau peretas yang ingin mengontrol sebuah blockchain perlu mengeluarkan sumber daya besar yang hampir tidak mungkin dilakukan. 

Oleh karenanya perkembangan teknologi ini dibutuhkan untuk menciptakan sistem finansial alternatif yang dapat digunakan oleh siapa saja, namun dengan tingkat keamanan yang tinggi dan tidak dikontrol oleh satu pihak.

Baca juga: Mengenal Teknologi Smart Contract & DApps

Penggunaan Teknologi Blockchain

Penggunaan teknologi blockchain pada dasarnya tidak terbatas. Teknologi ini pada dasarnya adalah fondasi penyimpanan data yang bisa digunakan untuk industri mana pun. Saat ini kita sudah melihat penerapan teknologi blockchain di luar industri finansial seperti identitas digital, industri data, musik, rantai pasokan, dan sektor kesehatan. Meskipun begitu, perkembangan dalam industri-industri tersebut masih terbatas.

Salah satu perkembangan pesat penggunaan teknologi blockchain adalah CBDCs atau central bank digital currencies. CBDCs adalah mata uang fiat yang dibangun di atas jaringan blockchain namun dikontrol oleh pemerintah yang membuatnya. Negara seperti Indonesia dan AS sedang dalam proses merencanakan dan membuat CBDCs.

Implementasi teknologi blockchain dalam berbagai industri lain akan terus berkembang seiring dengan peningkatan popularitas dan adopsi cryptocurrency.

Demikian pembahasan seputar blockchain dan cara kerjanya, jangan lupa join Telegram Channel dan Telegram Grup Pintu untuk mengetahui update terbaru dari Pintu. Baca juga Pintu News untuk mengetahui berita crypto terbaru.

Referensi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *