Futures trading memberikan peluang untuk mengelola posisi yang lebih besar dari modal yang dimiliki, namun di balik itu terdapat risiko tinggi jika tidak ditangani dengan tepat. Tanpa strategi yang jelas, trader bisa mengalami kerugian besar, bahkan kehilangan seluruh modal akibat likuidasi. Sebaliknya, dengan pendekatan manajemen risiko yang disiplin, potensi dari futures trading bisa dimanfaatkan secara lebih terkendali. Karena itu, memahami cara mengelola risiko menjadi hal yang sangat penting. Dalam artikel ini, kami akan membahas berbagai bentuk risiko dalam futures trading serta strategi yang bisa membantu kamu mengambil keputusan secara lebih bijak.
Ringkasan Artikel
- 📉 Risiko dalam Futures Trading: Likuidasi terjadi saat margin di akun tidak lagi mencukupi untuk menahan posisi yang mengalami kerugian, terutama jika nilainya sudah melewati batas maintenance margin.
- 📊 Pentingnya Manajemen Risiko: Manajemen risiko bukan hanya soal membatasi kerugian, tapi juga soal menjaga konsistensi dan kedisiplinan dalam trading. Dengan strategi seperti stop loss, pengaturan ukuran posisi, dan evaluasi rutin, trader bisa menghadapi volatilitas pasar dengan lebih tenang dan terukur.
- 📌 Gunakan Margin Secara Bijak: Jangan gunakan seluruh margin untuk satu atau banyak posisi dan selalu sesuaikan dengan profil risiko.
Risiko dalam Futures Trading
Salah satu ciri khas futures trading adalah penggunaan leverage dan margin. Leverage bisa menjadi tool yang menguntungkan, tapi juga berisiko tinggi bagai pisau bermata dua. Jika digunakan dengan disiplin dan bijak, potensi untuk meraih profit memang lebih besar. Namun di sisi lain, potensi kerugiannya juga tidak kalah besar. Karena itu, penting bagi trader untuk memahami berbagai jenis risiko dalam futures trading agar dapat menghindari kesalahan fatal sejak awal.
1. Risiko Penggunaan Leverage
Leverage memungkinkan trader membuka posisi jauh lebih besar dari jumlah modal yang dimiliki. Sebagai contoh, di Pintu, trader bisa menggunakan leverage 25x. Artinya, dengan modal 100 USDT, posisi yang dibuka bisa bernilai 2.500 USDT jika seluruh margin digunakan.
Namun, menggunakan seluruh margin untuk satu posisi sangat tidak disarankan. Ketika harga bergerak berlawanan dengan arah posisi, kerugian yang dialami bisa sangat besar bahkan berisiko kehilangan seluruh modal. Inilah alasan mengapa penggunaan leverage perlu dipahami. Tidak seperti spot trading yang tidak melibatkan leverage, futures trading membutuhkan perencanaan risiko yang matang agar tidak terkena likuidasi.
2. Risiko Likuidasi
Likuidasi terjadi saat margin di akun tidak lagi mencukupi untuk menahan posisi yang mengalami kerugian, terutama jika nilainya sudah melewati batas maintenance margin. Dalam kondisi ini, sistem akan otomatis menutup posisi untuk mencegah kerugian lebih lanjut. Risiko ini sering kali menghantam trader yang kurang disiplin dalam mengatur margin dan tidak memasang strategi perlindungan seperti stop loss. Tanpa manajemen risiko yang tepat, likuidasi bisa menghapus seluruh modal hanya dalam satu pergerakan pasar yang tajam.
3. Volatilitas Pasar
Volatilitas adalah bagian yang tidak bisa terlepaskan dari pasar crypto. Bagi trader yang belum memahami cara kerja futures dan tidak memiliki manajemen risiko yang baik, kondisi ini bisa terasa mengintimidasi, apalagi jika keputusan tradingnya hanya didasarkan pada spekulasi.
Contoh: Seorang trader memiliki margin 100 USDT dan menggunakan seluruhnya untuk membuka posisi Long di BTC dengan leverage 25x saat harga berada di $100.000. Artinya, ia membuka posisi senilai 2.500 USDT. Ketika harga BTC turun ke $96.040 atau hanya turun sekitar 3,96%, posisinya langsung terlikuidasi karena margin tidak lagi cukup untuk menahan kerugian.
Ini menunjukkan bahwa dengan volatilitas tinggi dan penggunaan seluruh margin tanpa perhitungan matang, risiko kerugian bisa sangat besar dan kehilangan seluruh modal. Dalam pasar crypto, termasuk BTC, pergerakan 3-5% bukan hal yang langka. Maka dari itu, penting untuk tidak menggunakan seluruh margin sekaligus dan selalu menyesuaikan dengan profil risiko.
Strategi Manajemen Risiko di Pasar Futures
Dalam konteks trading crypto di pasar futures, risiko tidak dapat dihindari tetapi bisa diatur sesuai dengan profilnya. Berikut beberapa manajemen risiko futures yang dapat membantu trader dalam mengelola risikonya.
1. Pilih Aset Sesuai Profil Risiko
Setiap aset crypto punya karakteristik yang berbeda, baik dari sisi volatilitas maupun kapitalisasi pasarnya. Umumnya, semakin kecil kapitalisasi pasar suatu aset, semakin tinggi pula volatilitasnya. Artinya, peluang profit bisa lebih besar, tapi risikonya juga ikut meningkat.
Kalau kamu termasuk trader dengan profil risiko agresif, aset berkapitalisasi kecil bisa jadi pilihan yang menarik, asalkan siap dengan strategi pengelolaan risiko yang disiplin. Sebaliknya, jika kamu lebih konservatif atau baru mulai terjun ke dalam futures trading, memilih aset berkapitalisasi besar seperti BTC atau ETH bisa menjadi langkah yang lebih bijak. Aset seperti ini cenderung punya pergerakan harga yang lebih stabil, sehingga lebih mudah dipantau.
2. Gunakan Stop Loss Order
Stop loss adalah fitur penting dalam futures trading yang berfungsi menutup posisi secara otomatis saat harga mencapai batas tertentu. Tujuannya sederhana, membatasi kerugian agar tidak semakin besar dan mencegah terjadinya likuidasi. Dengan menggunakan stop loss, trader bisa menentukan seberapa besar risiko yang siap ditanggung sejak awal, sehingga keputusan trading menjadi lebih terukur.
3. Kelola Ukuran Posisi dan Margin dengan Bijak
Semakin besar margin yang digunakan, semakin besar pula ukuran posisi yang terbuka dan tentu saja, semakin besar pula risiko yang menyertainya. Salah satu kesalahan umum trader pemula adalah menggunakan seluruh margin untuk membuka satu atau beberapa posisi sekaligus. Padahal, itu meningkatkan potensi kerugian secara signifikan.
Untuk meminimalkan risiko, penting untuk membuat perencanaan trading yang matang, termasuk dalam menentukan ukuran posisi. Gunakan hanya sekitar 1-5% dari total margin untuk membuka posisi futures. Angka tersebut mungkin terlihat kecil, tetapi karena posisi dibuka dengan leverage, nilai posisi yang sebenarnya bisa jauh lebih besar. Inilah mengapa perhitungan yang matang sangat dibutuhkan agar risiko tetap terkendali dan posisi trading bisa bertahan dalam jangka panjang.
4. Pertimbangkan Konsep Risk to Reward
Konsep risk to reward adalah dasar penting dalam strategi trading yang sehat. Risk merujuk pada potensi kerugian jika harga bergerak berlawanan dengan posisi yang dibuka, sementara reward mengacu pada potensi keuntungan jika harga bergerak sesuai rencana.
Untuk menghitungnya, kamu bisa menggunakan analisis teknikal sebagai panduan dalam menentukan level stop loss dan take profit. Dengan begitu, risiko bisa dikendalikan sejak awal, dan peluang profit bisa diukur secara realistis.
Umumnya, banyak trader menggunakan rasio risk to reward 1:2, yang berarti risiko kerugian Rp100.000 ditargetkan dengan potensi keuntungan Rp200.000. Namun, rasio ini tidak bersifat baku. Rasio bisa berbeda tergantung pada strategi, kondisi pasar, dan tingkat kepercayaan diri terhadap analisa yang dibuat.
5. Hindari Emosi dalam Pengambilan Keputusan
Salah satu jebakan terbesar dalam trading adalah keputusan yang didorong oleh emosi, entah itu panik saat harga turun, atau harga berlawanan dengan posisi yang dibuka. Padahal, keputusan emosional sering kali berujung pada kerugian besar hingga likuidasi.
Dalam futures trading, risiko memang tidak bisa dihilangkan sepenuhnya, tapi bisa dikelola dengan analisis yang matang dan perhitungan risiko yang jelas. Trading bukan sekadar soal strategi teknikal atau fundamental, tapi juga soal mental. Disiplin dalam menjalankan rencana dan mampu mengendalikan emosi adalah kunci agar tetap rasional ketika pasar tidak bergerak sesuai harapan. Dengan menyingkirkan emosi dari proses pengambilan keputusan, trader bisa menjaga fokus pada tujuan awal dan menjalankan strategi dengan konsisten.
6. Evaluasi Hasil Secara Berkala
Trading bukan hanya soal membuka posisi, tapi juga soal meninjau kembali strategi yang dijalankan. Selalu pantau pergerakan pasar dan hasil trading secara rutin. Jika dalam beberapa waktu kamu mengalami kerugian yang berulang, itu bisa menjadi sinyal untuk melakukan evaluasi.
Cek kembali apakah strategi yang digunakan masih relevan dengan kondisi pasar saat ini, atau justru perlu disesuaikan. Evaluasi ini penting agar tidak terjebak dalam pola yang sama dan bisa terus berkembang sebagai trader yang lebih disiplin dan adaptif.
Contoh Kasus: Kurangnya Manajemen Risiko Bisa Berujung Fatal

Sebagai gambaran nyata, mari lihat data likuidasi dalam 24 jam terakhir di pasar futures. Berdasarkan peta liquidation heatmap dari Coinglass, total likuidasi mencapai lebih dari $509 juta. Angka terbesar berasal dari posisi di BTC ($230,69 juta) dan ETH ($196,84 juta), diikuti oleh aset lain seperti SOL, XRP, dan SUI.
Mayoritas trader yang terkena likuidasi adalah mereka yang membuka posisi long saat harga masih tinggi, tanpa strategi perlindungan seperti stop loss atau kontrol ukuran posisi. Ketika pasar mengalami koreksi sekitar 10%, margin mereka tidak cukup kuat menahan kerugian, dan akhirnya dilikuidasi secara otomatis.
Kejadian ini jadi pengingat penting bahwa futures trading bukan soal menebak arah pasar, tapi soal seberapa siap menghadapi skenario terburuk. Tanpa manajemen risiko yang baik, satu kali koreksi bisa cukup untuk menghapus seluruh modal.
Tips Menghindari Likuidasi di Futures
Setelah memahami pentingnya manajemen risiko, langkah berikutnya adalah mengenali mekanisme likuidasi dalam futures trading agar bisa menghindarinya.
Setiap platform memiliki ambang batas maintenance margin yang berbeda. Di Pintu Futures, maintenance margin yang harus dijaga adalah 1%.
Contoh: Ari memiliki saldo 100 USDT di akun Pintu Futures. Ia yakin harga Bitcoin akan naik, sehingga membuka posisi Long di BTC saat harganya berada di $100.000, dengan menggunakan leverage 25x. Dengan leverage tersebut, Ari membuka posisi senilai $2.500, hanya dengan modal awal $100. Nilai ini berasal dari pinjaman yang diberikan oleh exchange berdasarkan leverage yang digunakan. Karena maintenance margin di Pintu Futures adalah 1%, maka Ari wajib menjaga agar saldo marginnya tidak jatuh di bawah $25 (1% dari $2.500). Jika saldo turun melewati batas tersebut akibat kerugian berjalan, maka posisinya akan dilikuidasi secara otomatis.
Cara Menghindari Likuidasi
Dari contoh di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa risiko likuidasi bisa diminimalkan dengan beberapa langkah berikut:
- Gunakan margin secara bijak: Hindari menggunakan seluruh margin untuk membuka satu atau banyak posisi. Sisakan margin untuk menghadapi fluktuasi harga.
- Pasang Stop Loss: Dengan stop loss, kamu bisa menutup posisi lebih awal sebelum margin menyentuh batas likuidasi.
- Evaluasi saat terjadi floating loss: Jika posisi kamu sedang mengalami floating loss (kerugian belum terealisasi), pastikan margin masih cukup jauh dari batas likuidasi. Jika tidak, kamu bisa memilih untuk menambah margin, mengurangi ukuran posisi, atau menutup sebagian posisi secara manual.
Disclaimer: Semua artikel dari Pintu Academy ditujukan untuk tujuan edukasi dan bukan merupakan nasihat keuangan.
Kesimpulan
Futures trading memang memberikan ruang gerak yang lebih luas dibandingkan spot trading, namun juga disertai dengan tingkat risiko yang jauh lebih tinggi. Itulah mengapa memahami berbagai aspek seperti leverage, likuidasi, dan volatilitas menjadi langkah awal yang penting sebelum memutuskan untuk mengambil keputusan. Tanpa strategi manajemen risiko yang terarah, trading dapat dengan mudah berubah dari sesuatu yang menjanjikan menjadi situasi yang merugikan, terutama jika keputusan diambil tanpa perhitungan dan hanya bergantung pada spekulasi.
Dengan pendekatan yang disiplin, seperti mengatur ukuran posisi, memasang stop loss, memilih aset yang sesuai dengan profil risiko, serta rutin mengevaluasi strategi, kamu bisa mengelola risiko secara lebih efektif. Ingat, dalam futures trading, tujuan utama bukan hanya mencari profit, tapi menjaga agar modal tetap aman untuk terus bertahan dan berkembang.
Referensi
- Peter Gratton, “Risk Management in Futures Trading”, Investopedia, diakses pada 19 Juni, 2025.
- Robinhood Learn, “Futures risk management”, Robinhood, diakses pada 20 Juni, 2025.