Kategori
Teknologi Kripto Menengah

Perkembangan Blockchain dari Masa ke Masa

Reading Time: 6 minutes

Penemuan internet membuat orang dari belahan dunia manapun dapat saling berbagi informasi atau data dengan instan. Namun, bagaimana halnya dengan mengirim mata uang atau aset yang memiliki nilai?

Saat ini, pengiriman aset atau mata uang masih sangat bergantung kepada bank atau institusi penengah. Blockchain adalah teknologi yang memungkinkan orang untuk mentransfer aset bernilai melalui internet dengan aman, tanpa terduplikasi, dan tanpa bantuan pihak ketiga seperti bank atau institusi keuangan lainnya.

Blockchain memungkinkan kepemilikan dan otoritas terhadap aset (dalam hal ini cryptocurrency) berada di tangan masing-masing individu, dan ini lah yang membuat teknologi blockchain disebut sebagai salah satu inovasi terbesar di abad ke-21.

Akan tetapi, tahukah kamu bahwa teknologi ini sebenarnya sudah dikembangkan jauh sebelum Bitcoin diluncurkan yaitu di awal 1990-an? Yuk, kita simak penjelasan mengenai sejarah dan perkembangan blockchain yang menjadi landasan awal penemuan cryptocurrency.

Ringkasan Artikel

  • 🔗 Blockchain adalah teknologi yang memungkinkan kita untuk mentranser aset yang memiliki nilai melalui internet dengan aman tanpa bantuan pihak ketiga (bank/institusi keuangan).
  • 👨‍💼 Pada tahun 1991, dua orang ilmuwan bernama Stuart Haber dan W. Scott Stornetta mulai mengembangkan teknologi yang kemudian dikenal sebagai blockchain.
  • 1️⃣ Bitcoin muncul pada tahun 2008 sebagai aplikasi pertama dari teknologi blockchain. Sejak Bitcoin diluncurkan, berbagai aplikasi crypto lain mulai dikembangkan yang semuanya berusaha untuk memanfaatkan prinsip dan kemampuan teknologi buku besar digital atau blockchain ini.
  • 🚀 Sejak diluncurkannya Ethereum dengan teknologi smart contract-nya pada 2015, berbagai aplikasi terdesentralisasi atau dApp (decentralized application) semakin banyak dikembangkan, dan semakin membuat blockchain terintegrasi dengan berbagai sektor di dunia nyata.
  • 🥽 Teknologi blockchain yang masih tergolong baru dan masih akan ada banyak perkembangan ke depannya. Akan tetapi, para pakar saat ini membaginya ke dalam tiga perkembangan penting; diluncurkannya Bitcoin, smart contract dan adopsi teknolongi blockchain oleh institusi-institusi besar.

Sekilas Tentang Blockchain

Teknologi blockchain adalah salah satu inovasi terbesar abad ke-21, dan keberadaannya telah mengubah cara kerja berbagai sektor, mulai dari keuangan, game hingga filantropi. Teknologi ini merupakan fondasi yang melahirkan industri kripto.

Disebut juga sebagai buku besar digital, blockchain pada dasarnya adalah kumpulan blok-blok yang berisikan data transaksi yang dikaitkan dan diurutkan satu sama lain untuk membuat sebuah rantai. Blok yang paling baru atau yang paling terakhir dikaitkan memiliki kode alfanumerik (hash) dari blok sebelumnya.

bitcoin block

Seperti yang diilustrasikan di atas, hash yang ada pada setiap blok mengacu pada hash dari blok sebelumnya dan seterusnya sehingga blok-blok berisi transaksi membentuk rantai berkelanjutan. Oleh karenanya, hampir tidak mungkin untuk mengubah atau mengutak-atik data transaksi yang sudah tercatat di blockchain.

Jika data transaksi diubah, otomatis hash berubah dan akan mengubah hash pada blok berikutnya. Hal ini yang membuat sistem blockchain sangat aman untuk mencatat transaksi pengiriman aset yang memiliki nilai seperti Bitcoin.

Pelajari lebih lanjut mengenai blockchain & cara kerjanya di artikel ini.

Tahap Awal Perkembangan Blockchain

Seperti yang kamu ketahui, teknologi blockchain sendiri baru mulai dikenal oleh banyak orang setelah Bitcoin diluncurkan pada tahun 2009. Tidak banyak yang tahu bahwa teknologi ini sebenarnya sudah mulai dikembangkan sejak awal tahun 1990-an.

💡 Adalah dua orang ilmuwan, Stuart Haber dan W. Scott Stornetta, yang pada tahun 1991 mulai mengembangkan sistem yang kemudian dikenal banyak orang sebagai blockchain. Pekerjaan pertama mereka melibatkan pengerjaan rantai blok yang diamankan secara kriptografis di mana tidak ada yang bisa merusak stempel waktu dokumen yang sudah tercatat.

Pada tahun 1992, Haber dan Stornetta meningkatkan sistem yang mereka kembangkan dengan menggabungkan Merkle Tree (struktur data berbasis hash). Hal ini meningkatkan efisiensi yang memungkinkan dikumpulkannya lebih banyak data ke dalam satu blok.

Mulai dari tahun 2008, blockchain mulai mendapatkan banyak perhatian, berkat karya satu orang atau kelompok bernama Satoshi Nakamoto yang terakreditasi sebagai otak di balik teknologi blockchain Bitcoin.

Nakamoto mengkonseptualisasikan blockchain Bitcoin pertama kali pada tahun 2008 dan merilis whitepaper pertama tentang teknologi ini pada tahun 2009. Dalam whitepaper tersebut, Nakamoto mengutip tiga hasil riset kriptografer Haber dan Stornetta, dan memberikan penjelasan tentang bagaimana teknologi ini dapat meningkatkan kepercayaan dalam pengiriman mata uang digital dengan aspek desentralisasi yang dimilikinya.

Blockchain 1.0 – Blockchain Generasi Pertama

Blockchain 1.0 adalah fase evolusi pertama dari pengembangan teknologi blockchain. Dengan diperkenalkannya catatan transaksi online yang sepenuhnya terdesentralisasi, terdistribusi, dan tidak dapat diubah, Blockchain 1.0 bertujuan untuk menghadirkan transparansi dan akses publik ke sistem keuangan global.

Blockchain 1.0 ini diawali oleh Bitcoin yang mulai diperkenalkan pada tahun 2008. Seperti dijelaskan sebelumnya, Satoshi Nakamoto dalam whitepaper-nya merincinya sebagai sistem peer-to-peer elektronik. Nakamoto membentuk blok genesis (blok pertama dalam blockchain Bitcoin), di mana blok berikutnya dikaitkan dan saling berhubungan menghasilkan salah satu rantai blok terbesar yang memuat berbagai informasi dan transaksi.

Diluncurkannya Bitcoin memungkinkan untuk pertama kalinya dieksekusinya transaksi keuangan menggunakan blockchain. Bitcoin kemudian dikenal sebagai “Internet of Money”.

💡 Tanggal 22 Mei diperingati sebagai Bitcoin Pizza Day, untuk memperingati peristiwa transaksi cryptocurrrency pertama dengan barang fisik. Pada tanggal 22 Mei 2010, seorang pemuda di Florida membayar dua pizza dengan sejumlah Bitcoin.

Yang membuat cerita ini melegenda adalah jumlah Bitcoin yang dibayarkan adalah sebanyak 10.000 Bitcoin, yang hari ini bernilai lebih dari 3 triliyun rupiah, untuk dua loyang pizza! Sejak saat itu, komunitas crypto Internasional merayakan 22 Mei sebagai Bitcoin Pizza Day.

Pelajari selengkapnya mengenai Bitcoin di artikel ini.

Blockchain 2.0 – Smart Contract

Blockchain 2.0 - Smart Contract

Bitcoin dikenal sebagai blockchain generasi pertama yang dirancang untuk mengutamakan keamanan transfer aset digital. Sehingga bahasa pemograman pada blockchain Bitcoin tidak cukup fleksibel untuk developer membuat aplikasi-aplikasi yang rumit di atasnya.

Vitalik Buterin, seorang programmer yang terlibat di komunitas Bitcoin sejak 2011 kemudian mulai mengerjakan blockchain yang tidak hanya memiliki fungsi selain menjadi jaringan peer-to-peer seperti Bitcoin, tapi Turing-complete, atau platform komputer terdesentralisasi yang dapat menjalankan aplikasi apapun.

Ethereum kemudian resmi diluncurkan pada tahun 2015 sebagai blockchain publik dengan fungsionalitas smart contract, atau kode yang bisa diprogram untuk apa saja. Diluncurkannya Ethereum menjadi momen penting dalam sejarah blockchain.

Dengan teknologi smart contract-nya, blockchain Ethereum memungkinkan tingkat pemrograman yang lebih kompleks. Hal ini memberikan developer lebih banyak kebebasan untuk bereksperimen dengan kode mereka sendiri dan membuat aplikasi yang disebut sebagai Decentralized Applications (DApps).

💡 Ethereum merupakan salah satu blockchain tersibuk, menyusul meningkatnya penggunaan DeFi sejak tahun 2020. Per Agustus 2022, total value locked (TVL) dalam blockchain Ethereum mencapai 39.97 milyar dolar AS, atau menguasai 58% market share industri DeFi.

Baca juga: Apa Itu Ethereum?

Inovasi yang dilakukan Ethereum telah menyebabkan ledakan aset digital baru di sektor smart contract platform (SCP). Berbagai aset SCP dirancang untuk membangun aplikasi decentralized finance atau DeFi (contoh: Compound, Yearn.finance), layer 2 (contoh: Polygon, Immutable X), organisasi otonom terdesentralisasi (contoh: MakerDAO) dan berbagai protokol lainnya.

Salah satu contoh bagaimana teknologi smart contract membuat blockchain semakin banyak digunakan untuk berbagai aplikasi di dunia nyata adalah pesatnya perkembangan DeFi. DeFi adalah ekosistem aplikasi keuangan yang memungkinkan pengguna untuk memanfaatkan layanan keuangan seperti meminjam, meminjamkan, dan trading tanpa perlu bergantung pada entitas terpusat seperti bank. Layanan keuangan ini disediakan melalui Aplikasi Terdesentralisasi (Dapps), yang sebagian besar dikembangkan di platform Ethereum.

Aplikasi Terdesentralisasi (Dapps) TVL

💡 Penggunaan DeFi sudah mulai populer sejak tahun 2017, namun perkembangan DeFi melesat sangat cepat di tahun 2020-2021 seiring dengan bull market period. Pada Juli 2020, jumlah dana di ekosistem (total value locked) DeFi telah mencapai 3 miliar dolar AS. Per Desember2021 jumlah dana pada smart contract DeFi sempat menyentuh angka lebih dari 180 miliar dolar AS, seperti yang terlihat pada data di atas.

Baca juga: Apa Itu DeFi?

Blockchain 3.0 – Adopsi Blockchain dan Crypto oleh Institusi Besar

Sejarah dan evolusi blockchain tidak berhenti pada Bitcoin, Ethereum dan berkembangnya berbagai platform smart contract saja. Saat ini kita sudah mulai memasuki tahap ketiga dari perkembangan teknologi blockchain.

Fase ketiga perkembangan blockchain ini pada dasarnya bertujuan untuk menyelesaikan masalah yang ada di industri blockchain generasi pertama dan kedua, yaitu skalabilitas. Untuk memfasilitasi adopsi yang lebih besar lagi, diperlukan kemampuan proses transaksi yang lebih besar lagi, yang tersebut belum difasilitasi oleh Bitcoin dan Ethereum (sebelum the Merge).

Sebagai contoh, Bitcoin dapat memproses 3 hingga 7 transaksi per detik, sedangkan kecepatan transaksi Visa sekitar 2.000 TPS. Untuk dapat digunakan oleh lebih banyak orang lagi, skalabilitas tentu perlu ditingkatkan.

Beberapa blockchain seperti Polkadot, Cardano dan juga Ethereum 2.0 atau the Merge, saat ini tengah dikembangkan untuk menyelesaikan permasalahan skalabilitas yang ada pada blockchain generasi sebelumnya.

Pada fase ini akan melihat semakin banyak perusahaan besar dan institusi yang mengadopsi blockchain. Di tahap ini, teknologi blockchain akan diterima secara luas sebagai standar industri tentang bagaimana perusahaan atau sebuah institusi menjalankan operasional keuangan mereka dan teknologi ini akan semakin masuk ke dalam kehidupan kita sehari-hari.

💡 Salah satu contoh perkembangan blockchain di Indonesia adalah rencana Bank Indonesia untuk mulai mengembangkan CBDC atau Central Bank Digital Currency yang merupakan versi digital dari mata uang resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk memudahkan transaksi digital dan meningkatkan inklusi keuangan. CBDC mirip dengan cryptocurrency dan beroperasi menggunakan digital ledger untuk mempercepat dan meningkatkan keamanan proses transaksi digital.

Baca juga: Perbedaan CBDC dan Cryptocurrency: Manfaat serta Risikonya

Berinvestasi Crypto

Kamu dapat mulai berinvestasi dan melihat harga berbagai aset crypto pada aplikasi Pintu. Melalui Pintu, kamu bisa membeli berbagai crypto seperti BTC, ETH, SOL, ADA, dan yang lainnya dengan cara yang aman dan mudah.

Selain itu, aplikasi Pintu kompatibel dengan berbagai macam dompet digital populer seperti Metamask untuk memudahkan transaksimu. Ayo download aplikasi cryptocurrency Pintu di Play Store dan App Store! Keamananmu terjamin karena Pintu diregulasi dan diawasi oleh Bappebti dan Kominfo.

Kamu juga bisa belajar crypto lebih lanjut melalui berbagai artikel Pintu Academy yang diperbarui setiap minggunya! Semua artikel Pintu Akademi dibuat untuk tujuan edukasi dan pengetahuan, bukan sebagai saran finansial.

Referensi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *