Keberadaan aset crypto tidak hanya sebatas sebagai aset investasi maupun aset digital. Aset crypto menawarkan lebih dari itu, yakni teknologi blockchain yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-sehari. Salah satu program yang memanfaatkan blockchain adalah smart contracts. Dengan smart contracts, banyak tim pengembang yang kemudian membuat aplikasi di atas jaringan blockchain, yakni DApps (decentralized applications). Dalam artikel ini, kita akan mengenal lebih jauh mengenal implementasi dan teknologi smart contracts dalam kehidupan sehari-hari.
Ringkasan Artikel
- 💻 Smart contract adalah kode yang bisa diprogram untuk apa saja dan tersimpan dalam blockchain. Smart contract memungkinkan eksekusi sebuah aturan secara otomatis tanpa perlu melibatkan pihak ketiga.
- 🔗 Ethereum menjadi blockchain paling populer untuk membuat smart contract. Namun, smart contract juga mulai banyak dibuat di blockchain generasi ketiga yang berupaya menghadirkan solusi dari permasalahan yang dimiliki Ethereum.
- 🚨 Teknologi Smart contract banyak digunakan oleh para tim pengembang untuk menciptakan decentralized apps (DApss), right management (token), hingga NFT.
Apa itu Smart Contract?
Smart contract pada dasarnya adalah kode yang bisa diprogram untuk apa saja. Namun, yang membuatnya berbeda dengan program komputer lainnya adalah smart contract tersimpan dalam blockchain. Hal ini membuat semua interaksi dengannya tidak dapat diubah. Smart contract dapat menentukan aturan dan secara otomatis menerapkannya melalui kode, membuat peran pihak ketiga untuk memastikan eksekusi transaksi atau aktivitas tak lagi diperlukan.
Mengingat setiap jaringan blockchain bersifat publik, maka setiap transaksi dan perjanjian dalam smart contract menjadi transparan bagi publik. Hal ini membuat pelacakan transaksi menjadi lebih mudah dengan keamanan yang jauh lebih maksimal karena tidak bergantung pada otoritas pusat. Lewat smart contracts, para tim pengembang bisa membuat aplikasi yang memanfaatkan keamanan, reliabilitas, aksesbilitas blockchain sembari menawarkan fungsi peer-to-peer.
Nick Szabo merupakan sosok yang paling berpengaruh dalam lahirnya teknologi smart contract. Pada 1994, ia menuliskan soal definisi smart contract sebagai protokol transaksi terkomputerisasi yang mengeksekusi kesepakatan dalam sebuah kontrak.
Semula Szabo ingin memperluas kegunaan dari metode transaksi elektronik, seperti Point of Sale (POS), ke dalam realitas digital. Namun, nyatanya implementasi smart contract baru mulai dikenal dan semakin meluas ketika Vitalik Buterin mengimplementasikannya pada jaringan Ethereum.
Ketahui lebih lanjut soal Blockchain dan cara kerjanya melalui artikel berikut!
Perkembangan Smart Contract
Ethereum yang merupakan pionir dalam implementasi smart contract kemudian menjadi pilihan banyak tim pengembang, sehingga kemudian terlahirlah decentralized apps (DApps), atau aplikasi-aplikasi terdesentralisasi yang hidup di blockchain Ethereum. Salah satu kegunaan smart contract lainnya adalah untuk pembuatan token ERC-20, standar token yang paling sering digunakan di blockchain Ethereum.
Namun, Ethereum sendiri mempunyai keterbatasan, yakni gas fee yang mahal dan adanya permasalahan terkait skalabilitas transaksi. Merespon hal tersebut, blockchain generasi ketiga pun hadir dengan tujuan menyelesaikan permasalahan yang dimiliki Ethereum.
Beberapa keunggulan yang ditawarkan blockchain generasi ketiga ini meliputi mekanisme konsensus yang berbeda, biaya transaksi yang lebih murah, kecepatan pemrosesan yang lebih tinggi, dan sebagainya. Beberapa blockchain yang termasuk ke generasi ketiga adalah Solana, Avalanche, Polkadot, Cardano, dan Polygon.
Mereka digadang-gadang sebagai Ethereum killer, karena membangun teknologi yang bertujuan untuk mengatasi isu skalabilitas pada Ethereum. Hanya saja, pasca Ethereum merampungkan The Merge, dan akan melanjutkan upgrade penuh ke Ethereum 2.0 pada tahun 2023, timbul pertanyaan apakah para Ethereum killer dapat bertahan dan bisa mengalahkan Ethereum.
Kehadiran Smart Contract pada Blockchain Generasi Ketiga
Kehadiran blockchain generasi ketiga ini pun menarik perhatian para tim pengembang. Mereka kini jadi mempunyai opsi blockchain lain untuk memprogram smart contract dan membuat DApps. Berikut beberapa keunggulan yang ditawarkan blockchain yang digadang-gadang sebagai Ethereum killer:
- Solana
Blockchain Solana mempunyai kemiripan dengan Ethereum lantaran mempunyai teknologi smart contract untuk mendukung pembuatan DApps, NFT, hingga staking. Namun, salah satu pembedanya adalah Solana hadir dengan algoritama verifikasi yang menggabungkan sistem proof-of-history (PoH) dengan proof-of-stake (PoS). Hal tersebut menjadikan Solana mempunyai kecepatan transaksi maksimal hingga 50.000 per detik. Selain itu, Solana juga punya biaya transaksi yang jauh lebih murah dibanding Ethereum.
Kendati begitu, Solana tetap memiliki beberapa kekurangan, yaitu beberapa kejadian servernya mati akibat aktivitas bot pada jaringannya. Selain itu, banyak pihak yang masih meragukan akan desentralisasi jaringan Solana.
Kamu bisa mempelajari lebih lanjut soal teknologi dan cara kerja Solana melalui artikel berikut.
- Avalanche
Blockchain generasi ketiga lainnya yang digadang-gadang sebagai Ethereum killer adalah Avalanche. Hal ini lantaran Avalance dapat memproses transaksi hingga 4.500 transaksi per detik jauh lebih tinggi dari Ethereum yang saat ini hanya dapat memproses 15 transaksi per detik.
Selain itu, Avalanche juga kompatibel dengan Ethereum Virtual Machine (EVM) sehingga bisa mendukung penggunaan teknologi smart contract yang dibuat untuk Ethereum tanpa perlu melakukan perubahan kode. Salah satu implementasi smart contract di blockchain Avalanche adalah beberapa decentralized exchange (DEX) seperti Sushiswap dan Pangolin.
Cari tahu informasi lebih lengkap mengenai Avalanche lewat artikel berikut
Cara Kerja Smart Contract
Cara kerja smart contract sangat logis karena mengikuti rumus yang berstruktur ‘jika, ketika, dan maka’ yang ditulis dalam bentuk kode di atas jaringan blockchain. Artinya, jika setiap persyaratan terpenuhi, maka kontrak akan dieksekusi secara otomatis. Di satu sisi, jika ada persyaratan yang tidak terpenuhi, maka kontrak tidak akan bisa dieksekusi.
Penggunaan sistem blockchain membuat seluruh data transaksi akan diperbaharui secara otomatis dan setiap data langsung terkirim dan disimpan ke setiap node. Hal ini membuat transaksi tak dapat diubah ataupun diretas.
Salah satu ilustrasi sederhana cara kerja sebuah smart contract bisa dilihat pada vending machine. Misalnya ada vending machine yang menjual minuman seharga 10.000 rupiah. Jika kamu memasukan uang 10.000 rupiah, lalu memilih jenis minumannya, maka mesin tersebut akan memproses dan mengeluarkan minuman yang kamu pilih. Jika minuman yang kamu pilih tidak ada, maka uang akan dikembalikan. Semua proses ini berlangsung secara otomatis dan tidak melibatkan manusia sebagai perantara.
Dalam aplikasi smart contract, konsep yang digunakan serupa dengan vending machine tadi. Para pemogram akan menentukan apa saja persyaratan dan kondisi yang harus dipenuhi. Lalu, segala kemungkinan yang dapat terjadi juga harus dipelajari dan dijelajahi. Kemudian smart contract akan berjalan secara otomatis sesuai dengan rumus dan kesepakatan yang telah dibuat.
Jangan lewatkan untuk membedah lebih dalam soal Ethereum, rumah dari ribuan smart contract pada artikel berikut
Keuntungan Menggunakan Smart Contract
- Keamanan. Seiring berada di blockchain yang terdesentralisasi, smart contract tidak memiliki titik utama yang bisa diserang. Selain itu, tidak ada pihak ketiga yang bisa memanipulasi ataupun disuap, hingga mekanisme kontrak yang tidak bisa diubah.
- Trustless. Lewat smart contract, pengguna tidak perlu khawatir bahwa pihak lain tidak menjalankan kesepakatan. Smart contract memastikan kesepakatan akan dieksekusi ketika seluruh persyaratan sudah terpenuhi.
- Efisiensi. Penggunaan smart contract membuat seluruh proses eksekusi berjalan otomatis sehingga tidak memerlukan adanya campur tangan dari pihak ketiga.
- Akurasi. Eksekusi yang dijalankan smart contract akan sesuai dengan kode dan rumus yang sudah ditulis. Ini mengeliminasi kemungkinan multitafsir yang bisa terjadi pada kontrak tradisional.
- Public Record. Smart contract yang dibuat di jaringan blockchain publik membuat setiap transaksinya bisa dilacak sembari tetap melindungi privasi pengguna.
- Transparansi. Dengan setiap orang bisa melihat isi smart contract, maka setiap orang dapat meniliti dan mengkritisi isinya jika ditemukan perjanjian yang merugikan.
Contoh Penerapan Smart Contract
Right Management (Tokens)
Blockchain yang mempunyai teknologi smart contract, seperti Ethereum misalnya, bisa menciptakan token crypto baru pada jaringannya. Token-token ini biasanya dibuat dengan kegunaan yang khusus dalam sebuah platform DApps. Token yang mempunyai peran khusus dan spesifik disebut juga sebagai utility token. Misalnya token CAKE yang memiliki peran dalam skema aplikasi PancakeSwap.
Selain itu, smart contract juga bisa digunakan untuk membuat token yang digunakan untuk mengatur mekanisme voting dalam sebuah protokol. Token ini disebut sebagai governance token. Dengan mempunyai governance token, pemiliknya bisa ikut serta menentukan setiap keputusan yang akan diambil oleh platform tersebut. Misalnya token COMP yang bisa membuat pemiliknya mengikuti voting untuk pengambilan keputusan terkait pengembang aplikasi Compound
Terkait governance token, mungkin kamu juga tertarik mengenal lebih jauh soal DAO lewat artikel berikut.
Produk Finansial
Penggunaan teknologi smart contract paling banyak diterapkan dalam pembuatan DApps. Jenis DApps sendiri beragam, namun yang paling umum dan banyak dibuat adalah decentralized finance (DeFi). Penggunaan smart contract dalam DeFi apps bertujuan untuk mengubah keuangan tradisional seperti menabung, pinjaman, hingga asuransi menjadi serba terdesentralisasi.
Salah satu contoh aplikasi DeFi berbasis smart contract yang populer adalah Compound, sebuah protokol DeFi untuk melakukan pinjam-meminjam. Melalui Compound, pengguna bisa mendepostikan aset crypto untuk mendapatkan bunga maupun meminjam aset crypto. Hal ini bisa dilakukan tanpa campur tangan pihak ketiga dan serba otomatis seiring dengan penggunaan kumpulan smart contract Compound di blockchain Ethereum.
Kamu bisa mempelajari soal DeFi secara lengkap melalui artikel berikut
NFT
Teknologi Smart contract juga menjadi unsur penting dalam ekosistem Non-Fungible Token (NFT). Dalam konteks NFT, teknologi smart contract berperan untuk menyimpan informasi unik sebuah NFT. Jadi, ketika proses minting telah selesai, maka smart contract secara otomatis akan menentukan si pembuat sebagai pemilik. Lewat smart contract, bukti kepemilikan tersebut juga dapat dipindahkan ke pemilik baru ketika NFT tersebut dijual. Implementasi smart contract dalam DApps NFT juga sangat luas karena bisa meliputi dalam platform game seperti Decentraland, streaming musik seperti Audius, hingga karya seni yang berbasis NFT.
Jika kamu tertarik mengetahui seluk-beluk dunia NFT, simak informasi lengkapnya pada artikel berikut.
Masa Depan Smart Contract
Merujuk dari DappRadar, saat ini jumlah smart contract telah mencapai 226.665 dengan jumlah DApps yang beroperasi mencapai 12.779. Sementara pengguna harian DApps sudah mencapai 1.77 juta.
Padahal, industri smart contract dan DApps saat ini masih berada di fase awal. Artinya, masih terdapat potensi yang besar untuk implementasi dan perluasan penggunaan teknologi smart contract ke depan. Tapi, di saat yang sama, industri ini masih mempunyai tantangan yang tak kalah besar.
Seperti dalam laporan yang dikeluarkan DappRadar, sejauh ini industri DApps masih terus tumbuh. Total Value Locked (TVL) industri DeFi pada kuartal III-2022 mengalami kenaikan 2.9% secara kuartalan menjadi 69 miliar dolar AS. Ethereum masih menjadi yang paling mendominasi, yakni memegang 69.6% dari keseluruhan atau sekitar 48 miliar dolar AS tersimpan di smart contracts.
Di satu sisi, sepanjang kuartal III-2022, aset crypto senilai 461 juta dolar AS telah tercuri. Adapun, blockchain bridges masih menjadi sasaran utama para peretas.
Oleh karena itu, adopsi penggunaan teknologi smart contract dan DApps secara meluas masih mempunyai jalan panjang yang berkelok. Selain masalah peretasan, masalah lain seperti skalabilitas dan UI/UX harus menjadi sorotan bagi para tim pengembang. Belum lagi jumlah penggunanya yang masih minim bisa memengaruhi layanan dan keamanan DApps itu sendiri. Namun, ketika semua permasalahan tersebut dapat diperbaiki, maka adopsi penggunaan smart contract dan DApps hanya tinggal menunggu masalah waktu saja.
Mulai Investasi di Pintu
Kamu juga bisa melakukan investasi pada token-token DApps melalui pintu seperti UNI, COMP, AAVE, dan beberapa token DApps lainnya. Melalui Pintu, kamu juga bisa berinvestasi pada beragam aset kripto seperti BTC, BNB, ETH, dan yang lainnya dengan cara aman dan mudah.
Selain itu, aplikasi Pintu kompatibel dengan berbagai macam dompet digital populer seperti Metamask untuk memudahkan transaksimu. Ayo download aplikasi cryptocurrency Pintu di Play Store dan App Store! Keamananmu terjamin karena Pintu diregulasi dan diawasi oleh Bappebti dan Kominfo.
Selain melakukan transaksi, di aplikasi Pintu, kamu juga bisa belajar soal kripto lebih lanjut melalui berbagai artikel Pintu Academy yang diperbarui setiap minggunya! Semua artikel Pintu Akademi dibuat untuk tujuan edukasi dan pengetahuan, bukan sebagai saran finansial.
Referensi
- Coin Base Learn, What is Smart Contract? Coinbase, diakses pada 16 November 2022.
- Chainlink, Smart Contracts Introduction, Chainlink, diakses pada 16 November 2022.
- IBM, What are smart contracts on blockchain? IBM, diakses pada 16 November 2022.
- Coin Telegraph, What is a Smart contract and how does it work? diakses pada 16 November 2022.