Popularitas tren Artificial Intelegent (AI) dan Big Data semakin marak di tahun ini. Apalagi setelah kemunculan ChatGPT dan Google yang meluncurkan produk serupa bernama Bard. Hal ini membuat salah satu harga token The Graph (GRT) melonjak lebih dari 230% sejak awal tahun 2023. Lalu, apa itu The Graph dan fungsinya? Bagaimana cara kerjanya? Yuk, cari tahu semuanya di artikel ini!
Ringkasan Artikel
- 🤖 The Graph adalah protokol terdesentralisasi yang berfungsi untuk mengindeks dan meminta data (query) dari blockchain seperti Ethereum. Token The Graph disebut “token AI” karena ia adalah alat penting dalam membangun aplikasi AI di atas data blockchain dengan bantuan subgraph.
- 🧠 Pada sistem The Graph, subgraph berfungsi seperti application programming interface (API) khusus dalam program yang memungkinkan pengambilan data (query) dari blockchain. Ia melakukan proses indeks dan menarik data dari blockchain seperti Ethereum kemudian menggunakannya dalam jaringan terdesentralisasi.
- 🦾 Jaringan The Graph bergantung pada Indexers, Curators, dan Delegators untuk menjaga fungsi jaringan dan mengamankan blockchain.
- 🪙 GRT adalah token utilitas pada jaringan The Graph. Ia memiliki fungsi utama sebagai indexer staking dan curator signaling dalam menyediakan layanan indeks dan kurasi data ke jaringan.
Apa itu The Graph?
Apa itu The Graph? The Graph adalah protokol terdesentralisasi yang berfungsi untuk mengindeks dan meminta data (query) dari blockchain seperti Ethereum. Ini bertujuan untuk memudahkan membangun decentralized applications (dApps) menggunakan data-data dari blockchain seperti Ethereum dan Interplanetary File System (IPFS) atau sistem penyimpanan file terdesentalisasi untuk blockchain.
Walaupun protokol The Graph tidak bergantung pada Artificial Intelligence (AI) secara langsung, protokol ini sering disebut sebagai “token AI” karena dipandang sebagai lapisan infrastruktur utama yang memungkinkan aplikasi AI dibangun di atas data blockchain. Hal ini karena teknologi The Graph memudahkan developer untuk mengakses dan menarik data blockchain dalam jumlah besar, yang merupakan komponen utama dari banyak aplikasi AI.
Kemudian, The Graph sebenarnya tidak secara khusus dirancang untuk aplikasi AI. Akan tetapi, The Graph dapat digunakan untuk berbagai macam dApps di luar aplikasi yang menggunakan AI.
Developer dApps dapat mengonfigurasi smart contract mereka sehingga data mereka dapat dipahami oleh The Graph dan diubah menjadi apa yang disebut dengan subgraph. Ini mirip seperti bagaimana situs web membuat file indeks sehingga dapat diakses oleh search engines, seperti Google.
The Graph “Google of Blockchain”
The Graph dijuluki sebagai ‘Google of Blockchain’. Hal ini karena Google menggunakan algoritma canggih dan teknik machine learning untuk mengindeks dan mengatur data dalam jumlah besar di internet. Dengan cara yang sama, protokol The Graph menggunakan algoritma pengindeksan yang canggih untuk mencari dan mengambil data blockchain dengan cepat dan efisien. Singkatnya, Google adalah search engine internet saat ini, sedangkan The Graph akan menjadi search engine Web3 di masa mendatang.
Ketika membangun dApps di jaringan seperti Ethereum, diperlukan data-data, salah satunya adalah data on-chain. Walaupun Ethereum memiliki banyak data yang dapat diakses secara terbuka, namun sangat sulit menyisir data-data spesifik untuk membuat dApps yang lebih kompleks. Mengindeks data-data blockchain sangatlah sulit bagi para developer.
Melalui teknologinya, The Graph memecahkan masalah tersebut dengan memudahkan para developer dalam mengambil data-data sederhana dan kompleks untuk membangun dApps.
Proses indeks adalah proses pengurangan waktu yang dibutuhkan untuk mencari informasi secara spesifik. Misalnya, indeks dalam sebuah buku. Dalam teknologi blockchain, proses indeks dibutuhkan untuk mencari dan mengambil data dari blockchain agar lebih cepat.
Pelajari lebih lanjut tentang apa itu Ethereum, blockchain pendukung The Graph di sini.
Siapa Pencipta The Graph?
The Graph didirikan pada tahun 2018 oleh Brandon Ramirez, Yaniv Tal dan Jannis Pohlmann. Ketiganya memiliki background engineering dan telah bekerja sama selama beberapa tahun. Sebelum mendirikan The Graph, Brandon Ramirez dan Yaniv Tal juga bekerja sama di Mulesoft, sebuah perusahaan pengembang API yang dijual kepada perusahaan cloud-based software, Salesforce.
Alasan utama mereka mendirikan The Graph adalah berdasarkan pengalaman pribadi ketika mereka kesulitan menarik data-data untuk membangun aplikasi di blockchain Ethereum pada saat itu. Oleh karena itu, mereka berencana membuat The Graph untuk mempermudah pembuatan dApps dengan mempermudah perolehan data dengan cara proses indeks dan query.
Pada tahun 2020, The Graph meluncurkan jaringan utamanya. Proyek ini bertujuan untuk membuat Web3 tersedia untuk semua orang dan memungkinkan dApps dibuat tanpa memerlukan server atau otoritas pusat.
Cara Kerja The Graph
The Graph berfungsi sebagai sistem oracle terdesentralisasi yang menangani proses data untuk ekosistem Web 3.0. Dalam sistem ini, subgraph berfungsi seperti API khusus dalam program yang memungkinkan pengambilan data (query) dari blockchain. Ia menarik data dari blockchain Ethereum dan menggunakannya dalam jaringan terdesentralisasi dan memungkinkan membentuk smart contract dengan menggunakan teknologi tersebut.
Query diajukan oleh dApps melalui bahasa pemrograman khusus yaitu GraphQL.
Subgraf adalah API khusus yang dibangun di atas data blockchain. Subgraph seperti alat khusus yang membantu developers untuk mendapatkan data-data atau informasi di dalam blockchain.
Ada empat peran utama yang menjalankan sistem The Graph, yaitu:
- Consumers: Consumers membayar Indexers untuk pengambilan data-data (query). Mereka biasanya adalah end users, tetapi bisa juga berupa layanan web yang terintegrasi dengan The Graph.
- Indexers: Indexers adalah node operator (Graph Node) yang memproses dan menyimpan data on-chain. Mereka mendapatkan imbalan token GRT atas tugasnya.
- Curators: Curators berfungsi menentukan tingkat kepercayaan sumber data. Mereka memberi sinyal pada subgraph dan memberi tahu Indexers, subgraph mana yang harus digunakan.
- Delegators: Delegators adalah peserta yang menyetor token GRT atas nama Indexers, untuk mendapatkan imbalan tanpa mengoperasikan graph node.
Ketika permintaan data dibuat oleh Consumers melalui graph node pada jaringan, graph node mencari data melalui subgraph yang relevan untuk menemukan informasi yang diminta. Kemudian, Indexers memilih subgraph mana yang akan diambil datanya berdasarkan sinyal kurasi yang disediakan oleh Curators yang menilai subgraph berdasarkan kualitasnya.
Kemudian, Indexers mulai melakukan proses indexing subgraph. Proses ini dapat memakan waktu beberapa jam hingga harian tergantung seberapa banyak data yang diindeks.
Setelah proses indeks selesai, Consumers dapat memulai query subgraph untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan. Consumers harus membayar dengan token GRT untuk setiap query yang diajukan. Proses ini dijalankan oleh mesin query. Biaya query tersebut kemudian didistribusikan oleh Indexers ke Delegators dan Curators.
The Graph kerap kali dibandingkan dengan Chainlink. Chainlink berfokus pada pemasokan data on-chain dan of-chain ke blockchain, sementara The Graph berfokus pada penggunaan API sederhana (subgraph) untuk melakukan query ke blockchain.
Baca juga Apa itu Chainlink?
Keunggulan The Graph
- Disebut-sebut sebagai Google of Blockchain, The Graph dapat berfungsi sebagai search engine Web3 dengan mengindeks data-data dari blockchain dengan cepat untuk membuat dApps.
- The Graph menciptakan API global yang dapat digunakan oleh tim developer dApps untuk merampingkan operasi dan mengurangi waktu pemrosesan pembuatan dApps. Aplikasi yang dibangun di atas The Graph berfungsi secara efisien dengan tetap mempertahankan sifat desentralisasi.
- Fitur Substream yang diluncurkan November 2022 lalu, mempercepat proses indeks dengan memungkinkan data ditransformasikan secara paralel. Dengan demikian, proses pembuatan dApps berbasis AI maupun non-AI akan semakin cepat dan efisien.
- The Graph menyelesaikan masalah terkait sulitnya proses indeks dan query data pada blockchain. Sifat-sifat jaringan blockchain, seperti reorganisasi rantai, finalitas, dan struktur blok, mempersulit proses pengindeksan. Hal ini membuat developer sulit mengekstrak hasil kueri yang akurat dari blok.
Tokenomics GRT
Setelah mengetahui apa itu The Graph, sekarang kita beralih ke token GRT. GRT adalah token utilitas dari The Graph. Token GRT memiliki dua fungsi utama yaitu sebagai indexer staking dan curator signaling. GRT dikunci oleh peserta protokol (Indexers, Curators, dan Delegator) untuk menyediakan layanan pengindeksan dan kurasi ke jaringan.
Untuk memastikan Indexers benar-benar melakukan pekerjaannya, mereka harus mempertaruhkan token GRT sebanyak 100.000 GRT. Jika Indexers memberikan data yang salah atau melakukan pekerjaan indeks yang buruk, bagian dari stake mereka dapat dipotong.
Kemudian, untuk memastikan bahwa Curators mengarahkan Indexers ke data berkualitas tinggi, mereka harus staking 10.000 token GRT pada subgraph bonding curve yang merupakan sinyal kurasi yang digunakan oleh Indexers. Meskipun token GRT Curators tidak dipotong atas kinerja buruk seperti Indexers, mereka akan dikenakan pajak 1% ketika mengkurasi subgraph baru.
The Graph tidak memiliki max supply. Ia telah me-minting token GRT sebanyak 10 miliar token di awal. Saat artikel ini ditulis, sudah ada lebih dari 8 miliar token GRT yang telah beredar. Tim The Graph memiliki kebijakan untuk menerbitkan 3% token setiap tahunnya untuk memberikan imbalan kepada para peserta protokol.
The Graph dirancang dengan beberapa mekanisme pembakaran token untuk mengimbangi penerbitan token baru. Sekitar 1% dari pasokan GRT dibakar setiap tahun melalui berbagai aktivitas di jaringan, dan jumlah ini terus meningkat seiring dengan aktivitas jaringan yang terus berkembang.
Aktivitas pembakaran ini termasuk pajak delegasi 0,5% setiap kali Delegator mendelegasikan GRT ke Indexers, pajak kurasi 1% ketika Curators memberi sinyal pada subgraph, dan 1% dari biaya query untuk data blockchain.
GRT sebagai Investasi
Sejak awal tahun 2023, harga token GRT telah melonjak lebih dari 230%. Pada 1 Januari 2023 GRT masih di harga 0.05 dolar AS, hari ini (17 Februari 2023) sudah berada di 0.17 dolar AS. Peningkatan yang drastis ini terjadi seiring dengan kepopuleran AI.
Sebelumnya, GRT pernah mencapai harga tertinggi pada 12 Februari 2021 dengan menyentuh harga 2.88 dolar AS. Dari Coinmarketcap, GRT berada di posisi 41 berdasarkan banyaknya kapitalisasi pasar, yakni sebesar lebih dari 1.5 miliar dolar AS.
Kinerja The Graph dapat diukur salah satunya dari pertumbuhan subgraph. Subgraph pertama diluncurkan pada mainnet The Graph pada 2021. Berdasarkan data dari Messari, selama enam kuartal terakhir, jumlah subgraph yang diluncurkan di mainnet terus bertambah. Per Desember 2022, terdapat 618 subgraph aktif di mainnet, meningkat 25% dari kuartal sebelumnya dan meningkat 151% dari tahun sebelumnya.
Per Februari 2023, ada 693 subgraphs yang berada di jaringan utama The Graph, naik lebih dari 10% dibandingkan pada Desember 2022. Beberapa dApps memanfaatkan subgraphs untuk menjalankan strategi data dan mempertahankan transparansi data mereka, seperti Uniswap, Livepeer, Aave, Synthetix, dan lain-lain.
Selain itu, Messari, perusahaan analisis crypto terkemuka, pada 7 Februari 2023 lalu mengumumkan bahwa mereka telah membangun subgraph untuk mengindeks data Aave V3. Dengan demikian, pengguna dapat melacak data Aave V3 dengan mudah dan subgraph membantu mengatur data-data terkait simpan pinjam, aktivitas protokol, dan data pool (TVL, APR, revenue dan likuidasi).
Baca juga Cara Memilih Aset Crypto Untuk Investasi.
Kesimpulan
Seiring dengan perkembangan teknologi crypto, semakin banyak proyek yang menawarkan solusi penyediaan data. The Graph (GRT) adalah salah satunya yang ingin mengubah cara pengguna berinteraksi dengan data.
Platform The Graph memfasilitasi pembelian dan penjualan data yang aman dan terdesentralisasi, serta memberikan tingkat kepemilikan dan otoritas data yang baru. Di samping itu, proyek ini juga dibangun oleh tim yang memiliki banyak keahlian di bidangnya masing-masing.
Namun, The Graph memiliki keterbatasan dalam melakukan indeks data yakni tidak mendukung banyak blockchain. Beberapa jaringan yang telah terintegrasi dengan The Graph diantaranya Ethereum, Near, Arbitrium, Avalanche, Celo, Fantom, Moonbeam, IPFS, and PoA.
Cara Membeli Token GRT di Pintu
Setelah mengetahui apa itu The Graph (GRT), kamu bisa mulai berinvestasi pada token GRT dengan membelinya di aplikasi Pintu. Berikut cara membeli GRT pada aplikasi Pintu:
- Buat akun Pintu dan ikuti proses verifikasi identitasmu untuk mulai trading.
- Pada homepage, klik tombol deposit dan isi saldo Pintu menggunakan metode pembayaran pilihanmu.
- Buka halaman market dan cari token GRT.
- Klik beli dan isi nominal yang kamu mau.
- Sekarang kamu sudah mempunyai token GRT!
Selain token GRT, kamu juga bisa berinvestasi pada aset crypto lainnya seperti BTC, BNB, ETH, dan yang lainnya melalui Pintu secara aman dan mudah. Aplikasi Pintu kompatibel dengan berbagai macam dompet digital populer seperti Metamask untuk memudahkan transaksimu.
Ayo download aplikasi cryptocurrency Pintu di Play Store dan App Store! Keamananmu terjamin karena Pintu diregulasi dan diawasi oleh Bappebti dan Kominfo.
Selain melakukan transaksi, di aplikasi Pintu, kamu juga bisa belajar crypto lebih lanjut melalui berbagai artikel Pintu Academy yang diperbarui setiap minggunya! Semua artikel Pintu Akademi dibuat untuk tujuan edukasi dan pengetahuan, bukan sebagai saran finansial.
Referensi
- The Graph Team, Whitepaper, The Graph, diakses 14 Februari 2023.
- Brandon Ramirez, The Graph Network In Depth – Part 1, The Graph, diakses 14 Februari 2023.
- Editorial Team, The Graph: The Future of Decentralized Data Access, Coin Bureau, diakses pada 14 Februari 2023.
- Jakub, The Graph – Google Of Blockchains?, Finematics, diakses 15 Februari 2023.
- Mark Hooson, What Is The Graph (GRT) Cryptocurrency? Forbes, diakses 15 Februari 2023.
- Mihai Grigori, State of The Graph Q4 2022, Messari, diakses 15 Februari 2023.